BAB 1 (HAKIKAT DAN NILAI
FILSAFAT ISLAM)
1.
Hakikat Filsafat Islam
Filsafat
menurut Sadr al-Din Shirazi, adalah upaya melakukan interprestasi rasional
terhadap alam semesta sebagai sebuah kesatuan sistematis, dan tujuannya adalah
sebisa mungkin meniru Tuhan. Bagi para pemikir Muslim, filsafat pada dasarnya
adalah sebuah pencarian kebenaran akhir, sekaligus juga merupakan keyakinan,
dan berakar pada kebutuhan praktis manusia, baik material maupun spiritual.
Para pemikir ini mamang sangat cerdas dan sangat taat beragama. Mereka memiliki
kahausan yang tak pernah puas akan kebenaran akhir, bukan hanya untuk memuaskan
kebutuhan intelektual mereka tetapi juga untuk membentuk perilaku mereka agar
sesuai dengan hukum-hukum kebaikan dan moralitas. Para pemikir Muslim berupaya
menemukan fakta, kebenaran, ideal dan sudut pandang, yang akan membebaskan
mereka dari keraguan ini.
Tujuan mereka
berfilsafat bukan hanya sebuah sintesis dari berbagai sains ke dalam sebuah
sistem metafisika, melainkan juga sebuah sintesis antara sifat dengan tujuan,
dan sintesis sebuah keduanya dengan perkembangan dan tujuan sosial. Mereka
ingin memuaskan bukan hanya dorongan inteletual melainkan dorongan moral,
agama, dan sosial.
2.
Nilai Filsafat Islam
Kini apa
filsafat Muslim bagi pelajar pemikiran modern dan kontemporer? Pertama-tama,
filsafat Muslim membentuk latar belakang dan konteks bagi pemikiran Eropa yang
mengklaim diri sebagai filsafat yang paling dominan di dunia saat ini. Filsafat
Muslim menembus Eropa melalui Spanyol, Italia Selamat dan Sisilia. “ menjelang
abad tiga belas,” ujar Hitti, “ sains dan filsafat Arab telah tersebar ke Eropa
dan tugas Spanyol sebagai perantara telah selesai dijalankan. Untuk memperoleh
pemahaman seksama atas pemikiran Eropa modern, diperlukan filsafat Muslim.
Pemikiran Muslim merepresentasikan satu fase tertentu dalam perkembangan
pemikiran manusia, dan karenanya tidak bisa begitu saja diabaikan.
Kedua, kita
terkadang menemukan permasalahan yang didiskusikan dan kesimpulan yang dicapai
dalam filsafat Muslim serupa dengan yang kita temukan dalam pemikiran Barat
kontemporer. Kesamaan tersebut adalah berharga bagi filsafat komparatif
terutama karena seringkali kita temukan bahwa cara-cara pendekatan dan metode
demonstrasinya berbeda. Pertimbangan-pertimbangan di atas mesti membuktikan
nilai studi filsafat Muslim. Bahkan seseorang yang membaca teks filsafat Arab
sambil lalu sekalipun akan yakin bahwa pemikiran Muslim, selama pemikiran itu
hidup sebagai sebuah kekuatan potensial, memang sangat komprehensif dan
benar-benaar orisinal. Ciri lain filsafat ini adalah kemandiriannya yang luar
biasa dan kebebasannya dalam berpikir. Para pemikir Muslim memiliki kecintaan
mendalam terhadap kebenaran, dan kurang memperdulikan agama golongan tertentu.
Kebanyakan dari mereka dinyatakan kafir oleh para teolog ortodoks, tetapi
mereka tidak mengindahkan ancaman tersebut, bahkan terhadap penganiayaan yang
kejam sekalipun. Filsafat Muslim tidak pernah kehilangan pandangan atas
nilai-nilai moral dan tidak pernah merosot menjadi sekadar intelektualisme.
Filsafat Muslim
menjadi sebuah fase kehidupan bagi kaum Muslim, bukan sekadar pengamatan
kehidupan dari luar. Ia memberikan sebuah landasan teoritis penting bagi
kehidupan melalui doktrin-doktrin dan ia menjadi tujuan utama para pemikir yang
terdorong oleh naluri sekaligus kewajiban untuk menyelidiki kebenaran akhir.
BAB 2 ( FILSAFAT PRA-ISLAM)
1.
Pemikiran Arab Pra-Islam
Implus pertama
yang bisa disebut Islam datang dari Arab, dan titik awal bagi pelajar filsafat
dan budaya Muslim adalah spekulasi tentang Arab sebelum kedatangan Islam. Masa
Pra-Islam di Arab adalah sebuah periode kebodohan, amoralitas yang kasar dan
ketidakberagama. Para sejarawan Arab mengatakannya sebagai “periode kegelapan”
dan “masa kebodohan”. Masyarakat Arab kala itu tidak memiliki rasa kesatuan
nasional, dan perjuangan keras untuk mendapatkan eksistensi di Arab telah
mengembangkan sejenis partikularisme yang tak tersembuhkan. Agama Arab bersifat
pura-pura dan palsu. Ada banyak dewa dan kuil berhala, tetapi tidak ada yang
benar-benar tumbuh dari perasaan keagamaan sejati. Setiap suku, setiap
keluarga, setiap prajurit dan individu, masing-masing memiliki satu dewa
pribadi atau bahkan sejumlah dewa. Binatang dan planet, fenomena langit,
manusia, binatang, tumbuhan dan batu, dalam bentuk dewa-dewa lokal yang begitu
banyaknya, disembah dengan berbagai ritus dan upacara. Upacara tersebut
didasarkan pada rasa takut, bukan cinta. “Mereka mengatakan tidak ada kehidupan
melainkan kehidupan dunia ini : (di situlah) kita mati dan (di situlah) kita
lahir, dan tidak ada yang bisa menghancurkan kita kecuali waktu” (al-Qur’an).
Dengan melihat
sebab material, Syahrastani berkata bahwa “semua itu adalah alam nyata yang
bisa menghancurkan benda-benda melalui proses penyatuan dan pemecahan”. Ini
memberi kita petunjuk yang diinginkan. Sekarang kita bisa dengan aman berkata
bahwa orang-orang Arab itu materialis, menganggap dunia nyata sebagai sesuatu
yang abadi, kendatipun mengalami perubahan, dan membentuk suatu alam yang
sempurna dan prinsip utama segala benda sebagai wujud yang nyata (dapat
dirasakan). Inilah konsep mereka mengenai sebab efisien.
Pertimbagan-pertimbangan ini lantas menunjukan bahwa orang-orang Arab pada masa
kebodohan (Jahiliyyah) telah mengupayakan sebuah penjelasan materialistis dan
naturalistis atas alam semesta, menganggap dunia sebagai sesuatu yang abadi,
dan waktu sebagai sumber gerak dan perubahan.
Teori yang
mendasari keyakinan ini sangat sederhana. Ruh manusia menjadi ruh burung. Ruh
itu bergerak dari satu tubuh ke tubuh lain. Partikel-pertikel dasar jasad yang
mati juga mengambil bentuk jasad burung. Dengan pendirian ini, mereka
mengingkari adanya penciptaan, kebangkitan dan kehidupan setelah kematian, di
surga atau neraka. Nilai-nilai kebaikan yang merka miliki hanyalah kesermawaan,
cinta kesukuan, kesetiaan, keramahan, keberanian dan pemenuhan janji. Standar
moralitas mereka amat rendah, dan mereka punya rasa bangga dalam hal melakukan
zina sesuka hati, perampokan, judi dan minum-minuman. Dan seluruh atmosfer
Arab- sosial, keagamaan dan intelektual menjalani sebuah perubahan radikal.
2.
Islam
Rasul Allah,
keturunan keluarga paling terkemuka di Arab yang telah sejak lama merupakan
para tokoh bangsawan Makkah dan pelindung turun temurun atas Ka’bah. Ia adalah
Muhammad SAW yang telah mengubah Arab, yang perhatiannya saat ini bukan lagi
hanya pada masalah duniawi. Sesuatu yang tak dikenal tak terjangkau akal kini mendorong
mereka kepada kemerdekaan, kebaikan, keadilan dan cinta. Tuhan mereka tidak
lagi terbuat dari batu, kayu atau logam, tetapi yang Mahakuasa, satu Tuhan atas
segala penciptaan, yang telah mengutus para rasul yang tekun dan tak kenal
lelah seperti Muhammad, yang telah mengubah Arab menjadi sebuah surga kesalehan
yang menggairahkan jiwa dan kebaikan.
Revolusi
spiritual besar ini adalah agama Islam yang sepenuhnya universal dan
benar-benar monoteistik, yang pertama dan terutama merupakan sebuah reformasi
bagi Arab, dan karena juga bagi dunia. Sang rasul tidak menganggap agama
sebagai seperangkat praktik, ibadah dan doktrin. Ia justru berpikir bahwa agama
menjdi berarti, tidak hanya bagi suku atau orang tertentu, tetapi bagi seluruh
dunia : agama harus mencangkup seluruh umat manusia dan melintasi batas negara
dan bangsa. “Agama adalah hukum Tuhan atas penciptaan, karena Tuhan telah
menjadikan manusia : tidak ada yang bisa mengubah ciptaan Tuhan, yakni agama
sebagai standar” (al-Qur’an). Islam dipahami oleh pendirinya sebagai sebuah
Agama kedamaian, yakni sebagai jalan hidup yang memungkinkan manusia hidup
dengan baik di dunia ini dan kembali dengan baik pula ke dunia lainnya.
Konsepsi
tentang Tuhan disajikan kepada orang-orang Arab dalam suatu bentuk yang paling
cocok bagi mereka. Orang-orang Arab memiliki keyakinan politeisme yang menyolok
dan antropomorfisme sehingga ajaran Muslim tentang keTuhanan dimulai dengan
penolakan terhadap politeisme dan antropomorfisme. Al-Qur’an mengutuk
politeisme sebagai hal yang tidak rasional, menyeru manusia agar mengikuti
keyakinan rasional, memperingatkan kaum yang tidak beriman, bahwa mereka akan
menjadi para pecundang di dua dunia karena keyakinan mereka yang sesat, dan
mengajak mereka untuk memperbaiki pandangan mereka karena Tuhan itu pemurah,
pengampun dan akan memaafkan mereka. Al-Qur’an tidak membuat upaya apa pun
untuk membuktikan eksistensi Tuhan secara logis dari alasan spekulatif.
Al-Qur’an
melangkah lebih jauh dan menegaskan fakta bahwa tidak ada satu bukti pun yang
memungkinkan. Sifat-sifat pribadi Tuhan, Mahakuasa dan Mahatahu, menjadi sebab
penciptaan. Prinsip-prinsip dasar dalam menciptakan, memelihara dan mengarahkan
perkembangan alam semesta adalah kebijkan dan kebaikan. Seorang Nabi mesti
memperoleh wahyu dan perintah untuk bedakwah dari Tuhan. Tidak ada seorang pun
manusia yang dengan usahanya sendiri,
bisa menjadi seorang Nabi. Jadi tidak ada upaya apa pun yang dilakukan
manusia yang bisa membawanya mencapai kerasulan.
3.
Penerjemah
Islam adalah
sebuah misi besar memberadabkan Katolik. Aktivitas umat Muslim dalam
menerjemahkan dan mencerna pengetahuan asing sama luar biasanya dengan
aktivitas mereka dalam melakukan penaklukan. Dan mereka meraih sukses besar.
“Dalam periode singkat selama sekitar delapan puluh tahun,” kata Jurji Zaidan,
“mereka mengubah kedalam bahasa mereka hasil-hasil penting berbagai aktivitas
intelektual manusia sejak permulaan peradaban sampai zaman mereka sendiri dan
mewarisi pengetahuan oran-orang Kaldea, Phoenic, Mesir, Persia, Yunani dan
India. Pemikiran persia, Zarathusthra, guru keagamaan dan filosofi paling awal
yang berasal dari Iran, hidup sekitar tahun 1000 atau 1200 SM. Ajaran-ajarannya
ditemukan sebagai dalam Avesta dan Gathas. Filsafatnya bersifat dualitas,
berdasarkan pada konsep tentang wujud sebagai ruh. Filsafat Yunani mempunyai
pengaruh yang jauh jangkauannya dalam pemikiran Muslim, karena Yunani telah
menghasilkan kontribusi terpenting bagi filsafat dalam zaman kuno, dan kaum
Muslim mencurahkan lebih banyak waktu dan energi untuk menerjemahkan dan
mempelajari para penulis Yunani.
BAB 3 ( PARA FILSAFAT MUSLIM )
Karya-karya
filsafat Yunani telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab pada abad ke-9 M.
Al-Kindi adalah
seorang penulis dan ilmuwan ensiklopedi. Tulisan-tulisan orisinalnya berjumlah
275, termasuk buku-buk filsafat, logika, fisika, politik, psikologi, etika,
matematika, astronomi, fenomenologi, sejarah peradaban, teologi dan
bidang-bidang lainnya. Kendati Tuhan adalah satu-satunya Agen sejati dan
aktivitas-Nya itu berbeda-beda, sehingga lebih tinggi (misalnya ruang) dan
sebagai lebih rendah (misalnya dunia materi), dan semua eksistensi ini dibatasi
oleh mata rantai sebab-akibat. Kindi adalah seorang penganut yang teguh dalam
hal hukum Kausalitas. Ruh kita adalah esensi yang terpisah dan kekal. Ia berada
di dunia akal sebelum turun ke dunia inderawi.
Yang pertama adalah potensi ruh manusia, yakni kapasitas memperoleh
pengetahuan. Ruh pada tahap ini mampu memperoleh pengetahuan, tetapi ia belum
memperoleh pengetahuan apa pun. Yang kedua adalah kecerdesan yang
diperoleh atau dikembangkan, yang bisa digunakan oleh ruh tersebut kapan saja. Yang
ketiga adalah kecerdesan aktif, kecerdesan dalam keadaaan di luar
manifestasi seperti ketika sang penulis benar-benar mengejawantahkan
pengetahuannya tentang seni menulis menjadi sebuah aktivitas. Keempat adalah
akal agen (pelaku) aktif yang mengalir darinya semua realitas dan yang
merupakan sebab dan esensi semua entitas spiritual di dunia.
Al-farabi. Abu
Nasr Muhammad bin Tarkhan al-Farabi
lahir di Farab, sebuah distrik di Transoxania Turki. Dia belajar di Baghdad dan
Harram, lantas pergi ke Siria dan Mesir, dan akhirnya tinggal di Damaskus
sampai akhir hayatnya pada Desember 958. Sebagian dari ide-ide, kata dia,
tidaklah sempurna, artinya ide-ide tersebut tidak bisa sepenuhnya dipahami oleh
konsep-konsep tertentu lainnya dalam pemikiran, karena kalau tidak, ide-ide itu
tidak bisa sepenuhnya dimengerti. Logika al_farabi adalah kunci untuk memahami
metafisiknya. Pembedaan logis, yang telah kita pikirkan, meberi al-Farabi
sebuah arti penting metafisika. “Mutiara Kearifan”. Al-Farabi memulainya dengan
sebuah pembedaan antara “mana” dan “apa” sebuah benda. Dengan “mana” sebuah
benda, dia memaksudkan eksistensinya, dan dengan “apa” sebuah benda dia
memaksudkan konsep, arti atau definisinya. Tuhannya al-Farabi adalah eksistensi
absolut dan karenanya juga merupakan wujud wajib sekaligus realitas murni. “Wujud-wajud,”
kata al-Farabi, “Menciptakan yang nyata dari yang tidak nyata, dan segala yang
kosong dari Tuhan adalah tidak nyata. Ruh kata, al-Farabi, bekerja dengan
sebuah kekuatan bernama Akal Teoritis yang kedudukannya terhadap ruh adalah
seperti kedudukan semir terhadap cermin.
Ibn Sina, dikenal di Eropa sebagai Avicenna, adalah pemikiran Muslim
terbesar dan yang terakhir dari para filosofi Muslim di Timur. Ibn Sina lahir
pada 985 M. Dia mempelajari al-Qur’an dan banyak kesusateraan ketika ia masih
seorang bocah berusia sepuluh tahun. Dua tamu Ismailian dari Mesir datang dan
hidup bersama keluarganya pada saat itu, dan dari merekalah Ibn Sina belajar
filsafat, psikologi, logika, matematika Yunani dan India. Dia belajar logika
dan membaca sendiri buku Euclid dan Ptolemy tentang astronomi. Dia juga membaca
sendiri buku-buku kedokteran dan dalam waktu singkat. Kemudian dia mengambil
metafisika Arirtoteles tetapi tidak bisa memahamina. Dia kecewa, membacanya
kembali sebanyak 40 kali dan mempelajarinya sungguh-sungguh. Saat usianya baru
16 atau 17, dia telah mendapatkan kemasyhuran karena pengetahuan dan
kecendekiannya. Ibn Sina menikmati kekuasaan luar biasa atas tubuh dan
pikirannya. Dan kemampuan-kemampuan alamiahnya luar biasa tajam dan kuat. Kita
diberitahu bahwa dia bisa melihat dan mendengar sampai jarak bermil-mil, bisa
mengingat ribuan halaman di luar kepala hanya dengan sekali membaca dan bisa
menulis buku-buku klasik selama waktu-waktu jeda dalam bisnis dan selama
perjalanan.
Ibn Sina adalah
seorang yang memiliki pengetahuan ensiklopedi dan keilmuan yang luas. Dia
adalah seorang maestro dalam gaya, menulis dengan keapikan, kesederhanan dan
kejelasan yang jarang ditemukan dalam buku-buku serupa. “Sistem Ibn Sina secara
umum dianggap sebagai yang paling sempurna dan pengamatannya terhadap
realitas-rea;itas filosofi adalah yang paling mendalam dan segala pemikiran
berikutnya telah tercangkup dalam tulisan-tulisannya. “Filsafat. “kata Ibn
Sina, “ adalah latihan intelektual yang memungkinkan manusia untuk mengetahui
wujud sebagaimana adanya dalam dirinya. Adalah tugas manusia untuk melakukan
hal ini melalui latihan intelektual sehingga ia memuliakan jiwanya dan
menyempurnakannya, juga bisa menjadi seorang ilmuwn rasional dan memperolah
kapasitas kebahagiaan abadi di akhirat.
Filsafat
teoritis mengurusi : (1) obyek yang bersifat material dan yang tidak bisa
dipikirkan akal dalam abstrak dari dzat, atau (2) obyek yang meskipun
sebenarnya ditemukan dalam dzat saja, bisa diabstraksikan oleh akal dari
keadaan materinya, atau (3) obyek yang sungguh berbeda dan berlainan dari dzat,
gerak atau manusia, dan tidak bisa bercampur dengan materi atau (4) fakta dan
makna yang bercampur, tetapi tidak bercampur dengan dzat. Maka filsafat
teoritis terdiri dari empat jenis, yaitu : fisika, matematika, astronomi dan
ilmu universal. Logika menurut Ibn Sina adalah ilmu tentang cara-cara peralihan
dari hal-hal yang sudah diketahui ke hal-hal yang mesti diketahui beserta
deskripsinya, juga ilmu tentang jenis-jenis dan kegunaan relatif cara-cara
tersebut, sifat kegunaannya serta aplikasinya.
Logika juga
dapat didefinisikan sebagai instrumen hukum yang mencegah akal agar tidak
membuat kesalahan dalam berfikir, menetapkan bahwa akal dan berfikir diterima
dlam pengertian lebih luas sebagai kamna yang dimaksudkan dalam bahasa umum.
Tuhan adalah satu-satunya kebenaran dan wujud wajib serta sebab pertama.
Melalui emanasi, dia menciptakan akal pertama dan melalui akal pertama itu dia
lantas menciptakan akal lain dan langit pertama.
BAB 4 ( PARA FILOSOFI BARAT )
Setelah
dekadensi kebudayaan dan filsafat Muslim di Bghdad, filsafat Muslim subur
beberapa saat di wilayah barat kekaisaran Muslim. Spanyol telah ditaklukan pada
masa awal ekspansi kekuasaan Muslim. Pelopor pemikiran filosofi di Spanyol
adalah dua orang pemikiran Yahudi : Hasdai Ben Shabrut dan Ibn
Jabirul. Tetapi pemikiran besar Muslim pertama di Spanyol adalah Ibn
Bajjah.
Ibn Bajjah, Abu Bakr Muhammad bin Yahya yang diberi julukan Ibn Saigh atau
Ibn Bajjah, dipanggil Avmpace oleh para penulis Skolastik, lahir di Spanyol
menjelang penghujung abad kelima Hijriyah (abad sebelas Masehi) dan wafat pada
533 H (1138). Ibn Bajjal adalah seorang ilmuwan besar, dan muridnya, Abu
al-Hasan Ali, menyuarakan kebenaran ketika ia berkata bahwa “dia adalah orang
yang pertama mengambil faedah filsafat kaum Muslim Timur. Dalam buku ini, Ibn
Bajjah menggambarkan sebuah model bagi pengetahuan dan tindakan manusia, juga
menggambarkan pandangan-pandangannya tentang persoalan filsafat.
Bab pertama menggambarkan tujuan buku tersebut, wajar jika manusia
mempertimbangkan akibat segala tindakan sebelum melakukannya dan mengarahkan
tindakan itu menurut tujuan dan kegunaanya. Buku ini berbicara tentang
aktivitas total manusia (teoritis dan praktis). Dalam keadaan sempurna, seorang
monoteis (manusia sempurna) tidak memerlukan usaha individu demmi kebaikan
karena ada upaya kumulatif seluruh kelompok untuk mewujudkan kebaikan.
Bab kedua buku Ibn Bajjah dimulai dengan sebuah diskusi tentang tindakan
manusia. Ada hubungan antara binatang dengan ssayuran, juga antarea sayuran
dengan moneral. Tetapi tindakan manusia secara spesifik berasal dari kehendak
dan pilihan yyang berdasarkan pertimbangan, bukan berdasarkan naluri spontan
yang juga ada dalam dari manusia seperti halnya binatang.
Ibn Bajjah
berlanjut pada bab ketiga mendiskusikan sifat-sifat akal (isi pemikiran
dan pemahaman) dalam rangka mengetahui tujuan “monoteis”. Tindakan manusia kata
dia, berasal dari pemahaman dan ini berada dalam berkendak dan bermaksud.
Bermaksud ini menjadi sebuah sifat akal. Bab keempat menghadirkan sebuah
analisa tentang tindakan menusia menurut berbagai maksud dan tujuannya dan
mencela maksud-maksud tertentu yang bersifat materil dan duniawi karena
mengakibatkanterbentuknya bentuk-bentuk material. Bab kelima mendiskusikan
maksud dan tujuan berbagai golongan “sifat-sifat ruh”. Maksud ini adalah
jasmaniah dan spiritual. Maksud jasmaniyah tidak bisa didiskusikan karena dalam
hal ini manusia mamiliki kesamaan dengan binatang. Maksud sifat-sifat spiritual
umum adalah menggerakan manusia melalui tindakan-tindakanya, melalui kualitas
alamiah dan akalnya.
Ibn Thufail, tokoh besar pemikiran filsafat berikutnya di Spanyol adalah Abu
Bakr Muhammad bin Abd al-Malik bin Thufail. Dia lahir pada awal abad keenam
Hijriyah (abad 12M), di lembah Asy, sebuah kota di wilayah kerajaan Kordova
Muslim. Sejarah Ibn al-Khatib menyebutkan bahwa Ibn Thufail mempelajari ilmu
kedokteran di Kordova dan menulis dua buku dengan pokok bahasan tersebut.
Sebagai seorang pemikir, Ibn Thufail sangat bebas dan mandiri. Sejauh kita
sadari, Ibn Thufail adalah pemikir Muslim pertama yang mengawali bukunya dengan
sebuah kritisisme historis, seperti yang dilakukan oleh Aristoteles dalam
Metaphysics-nya.
Pertanyaan-pertanyaan
Ibn Thufail di atas menunjukan bahwa pemikirannya adalah yang pertama kali
menentukan ide bahwa penciptaan terjadi karena kekuatan-kekuatan alam dan
evolusi. Sangat patut dihargai bahwa Ibn Thufail yang merupakan seorang pemikir
Muslim abad keenam Hijriyah, telah menentang mereka semua dalam pandangannya
tentang penciptaan manusia , dan telah mengemukakan doktrin yang bertentangan
bukan saja dengan Islam (sebagaimana dipahaminya) tetapi juga dengan semua
agama. Perkembangan Hayy bin Yaqzan berlanjut . saat dia berusia 21 tahun, dia
bergerak lebih jauh dari pada sekadar memenuhi kebutuhan material. Ibn Thufail
selanjutnya mediskusikan filsafat ini, yang diperoleh Hayy bin Yaqzan hanya
ddengan melatih kemampuan-kemampuan alamiyah dan kekuatannya melakukan pengamatan
kritis.
Hayy bin Yaqzan
menjadi tahu, kata Ibn Thufail, bahwa segala yang disebabkan pasti memiliki
penguasaan. Terlepas dari fakta Ibn Thufail menganggap kesadaran diri sebagai
tujuan akhir perkembangan alamiyah akal manusia, menarik dicat bahwa “ruh yang
sadar diri tidak bisa mengenal Tuhan lain selain Tuhan yang sejati. Filsafat
Ibn Thufail karenanya berpuncak pada mistisme. Jika ditinjau, filsafat pemikir
Muslim ini terlihat sebagai suatu campuran antara naturalisme, idealisme,
intuiisionisme dan mistisme unsur-unsur yang menjadi lebih besar sesuai dengan
urutan kemunculannya yang disebutkan diatas.
Ibn Rusyd. Abu Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Rusyd, yang paling termasyhur di
antara para pemikir Muslim di Eropa, lahir di Kordova pada 520 H(1126M) dan
wafata di Maroko pada 595 H(1198M). Ibn Rusyd adalah seorang ilmuwan besar,
bukan hanya dalam filsafat, tetapi juga teolog, fiqh, kedokteran, astronomi dan
ilmu kesusasteraan. Ibn Rusyd menganggap Aristoteles sebagai wahyu tertinggi
Tuhan kepada manusia sehingga agama mesti sepenuhnya setuju kepada Aristoteles.
Dalam persoalan agama, menurut Ibn Rusyd manusia terbagi dalam tiga kelompok.
Yang paling rendah adalah mereka yang mengimani dogma-dogma agama secara kaku.
Kelompok kedua adalah mereka yang bellum merasionalisasi keimanannya tetapi
memahami argumentasi dan kontroversi untuk mempertahankan dan membuktikan dogma-dogma
yang mereka yakini. Kelompok ketiga adalah orang-orang yang kepadanyalah sang
filosof menunjukan seruannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar