Senin, 01 Desember 2014
I. PENDAHULUAN
Di antara banyak aspek kehidupan sosial yang melibatkan orang-orang, salah satu yang paling menarik adalah bagaimana orang berpikir tentang dunia sosial. Daerah Psikologi sosial ini, yang sering disebut sebagai kognisi sosial, melibatkan bagaimana orang memilih, menafsirkan, mengingat, dan menggunakan informasi sosial. Setiap orang mungkin memiliki combinasi unik expecatoins, kenangan, dan sikap berdasarkan sejarah sosial-nya.
Yang terpenting dari prinsip-prinsip ini adalah cara orang-orang fokus pada kelengkapan penyebab tingkah laku, proses persepsi sosial, dan hubungan antara sikap dan tingkah laku. Kajian tentang atribusi banyak telah dilakukan oleh para ahli, mereka mengatakansetiap individu pada dasarnya adalah seorang berusaha untuk mengerti tingkah laku orang lain dengan mengumpulkan dan memadukan potongan-potongan informasi sampai mereka tiba pada sebuah penjelasan masuk akal tentang sebab-sebab orang lain bertingkah laku tertentu. Dengan kata lain seseorang itu selalu berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara-caratertentu.
II. RUMUSAN MASALAH
A. Apa Yang disebut degan Teori Atribusi?
B. Bagaimana Atribusi Diri?
C. Bagaimana Teori-teori Atribusi?
D. Bagaimana Sumber Kesetaraan atau Bias Atribusi?
III. PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Atribusi
Atribusi adalah kesimpulan yang dibuat oleh seseorang untuk menerangkan mengapa orang lain melakukan suatu perbuatan. Penyebab yang dimaksud biasanya adalah disposisi pada orang yang bersangkutan. Dengan demikian teori teori atribusi adalah usaha untuk menerangkan bagaimana suatu sebab menimbulkan perilaku tertentu.atribusi.1
Teori ini merupakan teori yang ingin membahas atau menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah teori itu disebabkan oleh faktor dalam, yaitu yang merupakan disposisi internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal yang lain, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misal situasi. Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider (lih. Baron dan Byrne, 1984), yang menurutnya perilaku manusia itu dapat disebabkan karena faktor internal, dan ini disebut atribusi internal, atau dapat disebabkan oleh faktor eksternal, dan ini yang disebut atribusi eksternal. Dalam teoeri atribusi ini ada dua teori yang menonjol, yaitu teori yang dikemukakan oleh Jones dan Davis, dan toeri yang dikemukakan oleh Kelley (lih. Baron dan Byrne, 1984).
Untuk mengetahui tentang orang-orang yang ada di sekitar kita dapat melalui beberapa macam cara, yaitu
a. Dengan melihat apa yang ditampakan oleh orang yang bersangkutan secara fisik.
b. Langsung menanyakan kepada yang bersangkutan.
c. Dari perilaku orang yang bersangkutan, overt action, ini merupakan sumber yang penting dari yangg bersangkutan.
Disamping itu perilaku sering bersumber pada keadaan eksternal di luar kontrol individu yang bersangkutan, tidak dari sifatnya atau disposisinya. Dengan demikian timbul pertanyaan apakah perilaku individdu itu merupakan perilaku yang didasarkan atas sifat-sifat internal, atau karena faktor eksternal yang bersifat temporer (misalnya karena ada pemilihan). Salah satu jawaban dikemuakan oleh teori Correspondent inference, yaitu suatu teori yang dikemukakan oleh Jones dan Davis (lih. Baron dan Byrne, 1984).
Menurut teori ini untuk menjawab persoalan yang cukup rumit tersebut, perlu memusatkan perhatian pada perilaku yang dapat memberikan informasi, yaitu :
1. Pada perilaku yang dipilih oleh individu yang bersangkutan, dan perilaku yang lain dikesampingkan.
2. Pada perilaku yang menimbulkan keunikan atau non-common effects, merupakan efek yang tidak dihasilkan oleh orang lain.
3. Memusatkan pada perilaku yang social desirability-nya rendah. Dengan demikian dapat dikemukakan menurut teori Jones dan Davis untuk memperoleh inferensi (kesimpulan) yang cocok, yang merupakan perilaku yang mencerminkan sifat-sifat seseorang, orang memusatkan atau melihat pada perilaku yang (a) dipilih sendiri oleh individu yang bersangkutan (b) non-common effects, dan (c) perilaku yang social deserability-nya rendah atau perilaku yang social undesirable. Disamping Jones dan Davis yang mengembangkan.
B. Atribusi Diri
Daryl Bem menyatakan bahwa seseorang mencoba memahami sikap dan karakteristik dirinya sendiri dengan jalan melihat pada perilaku dirinya dan situasi yang ada pada saat itu. Orang dapat melihat dirinya sabagaimana ia melihat orang lain, dan juga memperhatikan penyebab-penyebab dari perilakunya. Mungkinkah persepsi diri obyektif? Pada dasarnya persepsi diri bisa obyektif. Untuk membuktikan hal ini bisa menggunakan kerangka berfikir dari toeri disonansi. Pada dasarnya setiap individu berusaha untuk bisa dalam keadaan konsisten antar berbagai hal dalam dirinya ( perbuatan, pikiran, dan perasaan). Dengan kata lain dalam kondisi yang diinginkan adalah kondisi konsonan, selaras antara pikiran, perasaan, perkataan dan perbuatannya. Salah satu cara yang sering ditempuh untuk mengetahui atau menguji obyektivitas disebut adalah melalui intropeksi.
Efek justifikasi berlebihan. Sering terjadi bahwa seseorang merasa lebih puas apabila perilakunya merupakan cerminan keadaan dalam dirinya, sesuai dengan atribusi internal dirinya.
Excitation Transfer. Dolf Zilmann dkk (1972) menemukan bahwa sering terjadi pengaruh dari keadaan fisik terhadap proses atribusi, dan keadaan ini biasanya dipengaruhi dari ephinephrine, hormon perangsang. Hormon ini mendorong seseorang ke dalam kondisi emosi yang menonjol atau ekstrim. Dalam keadaan demikian, maka proses atribusi menjadi terpengaruh.
Ilusi Kontrol, sering juga terjadi bahwa seseorang merasa yakin mampu mengontrol keadaan, bahkan keadaan yang terjadi karena kebetulan. Keyakinan
memiliki kemampuan mengontrol keadaan yang sesungguhnya random ini disebut sebagai ilusi kontrol.2
C. Teori-teori Atribusi
Teori atribusi ini ialah Kelley (lih. Baron dan Byrne, 1984). Menurut Kelley perilaku manusia itu dapat disebabkan oleh faktor internal. Faktor eksternal, atau oleh kedua faktor tersebut, yaitu internal ddan eksternal secara bersama-sama. Untuk menentukan sesuatu perilaku apakah atribusi internal, atribusi eksternal, atau atribusi internal eksternal, Kelley menggunakan tiga determinan untuk menentukan hal tersebut, yaitu konsensus, konsistensi, dan distinctiveness.
1. Konsensus yaitu bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingkan dengan orang-orang lain, terhadap stimulus tertentu. Bila seseorang berperilaku sama dengan perilaku orang kebanyakan, maka perilaku orang tersebut memiliki konsensus yang tinggi. Tetapi bila perilaku seseorang tersebut berbeda dengan perilaku kebanyakan orang maka berarti perilaku tersebut memiliki konsensus yang rendah.
2. Konsistensi yaitu bagaimana seseorang berperilau atau bereaksi terhadap stimulus yang sama dalam situasi atau keadaan yang berbeda.
3. Distinctivenee yaitu bagaimana orang bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda-beda.3
D. Sumber Kesetaraan atau Bias Atribusi
Dalam atribusi ada beberapa sumber yang menyebabkan kesesatan, sehingga dengan demikian orang akan mengalami kesalahan dalam memberikan interprestasi mengenai perilaku seseorang. seringkali proses atribusi menjadi bias karena faktor pengamat sebagai ilmuwan naif menggunakan konsep dirinya ke dalam proses tersebut dan juga karena faktor-faktor yang berhubungan dengan orientasi pengamatan. Sumber kesesatan tersebut adalah :
a. The Fundamental atribution error
Ini merupakan sumber kesesatan yang disebabkan orang sangat menekankan pada faktor internal dalam melihat perilaku seseorang. Kesesatan yang disebabkan karena hanya melihat faktor internal dalam perilaku, dan tidak menghiraukan faktor situasi atau faktor luar.
b. The Actor-obsever effect
Ini merupakan sumber kesesatan di mana orang melihat perilaku orang lain disebabkan karena faktor orang lain, sedangkan perilaku dirinya sendiri disebabkan karena faktor luar. Jadi dalam meninjau perilaku orang lain menekankan pada faktor dalam yang berperan, tetapi kalau perilakunya sendiri faktor luar berperan.
c. The Self-serving Bias
Ini merupakan sumber kesesatan di mana orang memandang atau berasumsi bahwa dirinya itu tidak dapat berbuat salah.4
d. Menyalakan diri sendiri
tidak jarang pula ditemui seseorang yang terlalu menyalahkan diri sendiri, terutama bila mengalami kegagalan.
e. Relevansi Hedonis
pengamat sering kurang obyektif memberi penilaian terhadap peristiwa yang menyangkut dirinya.
f. Bias egosentris
sering dijumpai pula bahwa orang menilai dengan menggunakan dirinya sebagai referensi, atau beranggapan bahwa orang pada umumnya akan berbuat seperti dirinya.5
IV. KESIMPULAN
Atribusi adalah kesimpulan yang dibuat oleh seseorang untuk menerangkan mengapa orang lain melakukan suatu perbuatan. Teori ini merupakan teori yang ingin membahas atau menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah teori itu disebabkan oleh faktor dalam, yaitu yang merupakan disposisi internal, misal sikap, sifat-sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal yang lain, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misal situasi. Salah satu cara yang sering ditempuh untuk mengetahui atau menguji obyektivitas disebut adalah melalui intropeksi.
Teori atribusi ini ialah Kelley (lih. Baron dan Byrne, 1984). Menurut Kelley perilaku manusia itu dapat disebabkan oleh faktor internal. Kelley menggunakan tiga determinan untuk menentukan hal tersebut, yaitu konsensus, konsistensi, dan distinctiveness. Dalam atribusi ada beberapa sumber yang menyebabkan kesesatan, sehingga dengan demikian orang akan mengalami kesalahan dalam memberikan interprestasi mengenai perilaku seseorang. Sumber kesesatan tersebut adalah : (The Fundamental atribution error, The Actor-obsever effect, The Self-serving Bias, Menyalakan diri sendiri, Relevansi Hedonis, Bias egosentris).
V. PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat apabila ada kata-kata yang salah dalam pengetikan saya mohon maaf. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Bimo Walgito, psikologi sosial (suatu pengantar), Yogyakarta : c.v ANDI OFFSET, 2003
Faturochman, pengantar psikologi sosial, Yogyakarta : Pustaka, 2006
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar