Sabtu, 06 Desember 2014

makalah sejarah peradaban islam



MASA KEKUASAAN TIGA KERAJAAN BESAR
USTMANI, SYAFAWI dan MOGHOL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ismawati, Prof. Dr, Hj., M. Ag

Description: http://portalsemarang.com/wp-content/uploads/2011/04/iain-walisongo1.jpg

Disusun Oleh :
Nurul Hidayah            (131111117)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
      I.            PENDAHULUAN

Setelah khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran sacara dratis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cakik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk, sebagaimana telah disebut, menghancurkan pusat-pusat.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar : Ustmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia. Kerajaan Usmani, di samping yang pertama berdiri, juga yang tersebar dan paling lama bertahan dibandingkan dua kerajaan lainnya.

   II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Bagaimana Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Ustmani?
B.     Bagaimana Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Syafawi?
C.     Bagaimana Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Mughal?

III.            PEMBAHASAN
A.    Sejarah Kerajaan Ustmani
1.      Awal perkembangan Kerajaan Ustmani
Kerajaan Ustmani pertama kali yang mendirikan adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah negeri Cina. Dalam jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka oindah ke Turkistan kemudian Persia dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10, ketika mereka menetap di Asia Tenggah. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian di tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk di daratan tinggi Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan kepada Sultan Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium. Berkat bantuan Alauddin mereka mendapat kemenangan dan Alauddin mengahadiahkan sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan putranya Ustman yang dianggap sebagai pendiri kerajaan ustmani. Ustman memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Pada tahun 1300 M bangsa Mongol menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Ustman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa pertamanya adalah Ustman yang disebut Ustman I.
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman (raja keluarga Ustman) tahun 699 H (1300 M). Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, pada tahun 1326 M dijadikan kerajaan. Pada pemerintahan Orkhan (726 H/1326 M-761 H/1350 M). Kerajaan Turki Ustmani ini dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M), Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M).
Ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (761 H/1359 M-789 H/1389 M), ia menaklukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukan Adrianopel kemudian dijadikan ibu Kota kerajaan baru, Macedonia, Sopia, Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas Paus mengobarkan semangat perang, sejumlah pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Ustmani. Pasukan dipimpin oleh Sijisman, raja hongaria. Sultan Bayazid I (1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen Eropa.
Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi di Ankara 1402 M. Tentara Turki Ustmani mengalami kekalahan, Bayazid beserta putranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Ketika Timur Lenk meninggal dunia 1405 M< kesultanan Mongol dibagi-bagi kepada putra-putranya yang saling berselisih. Pada saat terjadi perselisihan antara putra-putranya Bayazid ( Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Dan selama sepuluh tahun berselisih akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad pertama kali mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan dalam negeri. Usahanya dicetuskan oleh Murad II (1421-1452 M), Turki Ustmani puncak kemajuannya pada masa Muhammad II yang disebut Muhammad Al-Fatih (1451-1484).
Sultan Muhammad Al-Fatih mengalahkan Bizantium dan Konstantinopel 1453 M, dan lebih mudahlah arus ekspansi Turki Ustmani ke Benua Eropa. Ketika Sulaiman SalimI ( 1512-1520 M) naik tahtaia mengalihkan perhatian ke arah Timur dengan menaklukan  Persia, Syria, dan dinasti Mamalik di mesir yang di kembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni (1520-1566 M). Sulaiman berhasil menundukan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes, Tunis, Budapest, dan Yuman. Dengan demikian luas wilayah Turki Ustmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria, Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika; Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Kemajuan dan Perkembangan ekspansi kerajaan Ustmani yang demikian luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula kemajuan dalam bidang kehidupan yang lain, antara lain :
a)      Bidang Kemiliteran dan Pemerintahan
Kekuatan Militer Turki Ustmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.
Dalam struktur pemerintahan  sultan sebagai penguasa tertinggi  di bantu oleh shadr al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Di bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-alawiyah (bupati). Dan Sultan Sulaiman I, menyusun kitab undang-undang (qanun) yang bernama Multaqa al-Abhur yang menjadi dasar hukum Turki Ustmani sampai datang reformasi abad ke-19. Dan kerajaan Sultan Sulaiman I di beri gelar al-Qanuni.
b)      Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan Turki Ustmani bermacam-macam antara lain kebudayaan Persia, Bizantium, dan Arab. Dari Persia mengambil ajaran tentang etika dan tata krama istana raja-raja. Organisasi militernya di dapat di Bizantium. Sedangkan tentang prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan dan huruf di dapat di Arab.
Namun Turki Ustmani lebih memfokuskan di bidamh Kemiliterannya dan di bidang ilmu pengetahuan tidak begitu menonjol, oleh karena itu tdak ditemukan  ilmuwan terkemuka dari Turki Ustmani. Namun dalam bidang arsitekturnya banyak menonjol terdapat bangunan masjid yang indah, seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshori. Masjid tersebut dihiasi dengan kaligrafi yang indah. Disebutkan bahwa 235 buah bangunan di bangun di bawah koordinator Sinan seorang arsitek asal Anatolia.
c)      Bidang Keagamaan
Tarekat yang menonjol adalah tarekat Bektasyi dan Maulawi, tarekat keduaya banyak dianut di kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi sangat dominan dikalangan tentara Jenissari dan mereka di sebut Tentara Bektasyi. Sedangkan tarekat Maulawi mengimbangi Jenissari Bektasayi.
Dan kajian-kajian ilmu keagamaan seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits tidak mengalami perkembangan.[1]

2.      Kemunduran Kerajaan Ustmani
a.       Wilayah Kekuasaan yang Sangat Luas
Pemerintahan Kerajaan Ustmani wilayahnya sangat kompleks dan rumit tetapi administrasinya tidak beres. Di pihak lain banyak penguasa yang ingin menguasai wilayah tersebut dan sering terjadi peperangan. Hal inilah menyedot banyak potensi yang seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.
b.      Heterogenitas Penduduk
Tanpa didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Turki Ustmani hanya akan menanggung  beban yang berat akibat heterogenitas tersebut. Perbedaan bangsa dan agama acap kali melatar belakangi terjadinya peperangan dan pemberontakan
c.       Kelemahan Para Penguasa
Sepeninggalnya Sulaiman Al-Qanuni Kerajaan Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah. Akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan kekacauan tersebut tidak bisa diatasi dengan sempurna.
d.      Budaya Pungli
Setiap jabatan yang hendak diaraih oleh seseorang harus “dibyar” kepada orang yang berhak memberikan jabatannya. Budaya Pungli ini mengakibatkan dekadensi moral kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
e.       Pemberontakan Tentara jenissari
Pemberontakan tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727 M, dan 1826 M.
f.       Merosotnya Ekonomi
Akibat perang yang tidak pernah berhenti perekonomian negara merosot pendapatan berkurang sementara belanja negara bertambah.
g.      Terjadinya Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kemajuan militer yang tidak di imbangi dengan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak sanggup persenjataan  musuh dari Eropa yang lebih maju.

B.     Sejarah Kerajaan Syafawi
1.      Awal Perkembangan Kerajaan Syafawi
Tarekat Syafawi yang dipimpin Syaikh Syafi’ al Din (1252-1334 M). Pada awalnya gerakan Syafawi  adalah untuk memerangi orang-orang yang ingkar, kemudian memerangi golongan yang mereka sebuh ahli bid’ah. Karena itu lama-kelamaan murid-murid tarekat Safawoiyah berubah menjadi tentara yang terorganisir, fanatik dalam kepercayaan dan menentang setiap orang yang bermazhab berbeda. Memasuki dunia politik tersebut dapat terwujud  pada masa kemimpinan Juned (1447-1460 M). Syafawi memperluas gerakannya dengan  menambah kegiatan keagamaan, perluasaan tersebut menimbulkan konflik dengan Karo Koyunlu dan Juned kalah, akhirnya dia diasingkan ke suatu tempat. Ditempat itu dia mendapat perlindungan dari penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyunlu. Selama perasingan juned menghimpun kekuatan untuk beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Dan juned mempersunting sepupu Hasan dan memiliki putra bernama Haidar. Kemudian juned terbunuh saat mencoba merebut silsila.[2]
Haidar  mengganti ayahnya dalam memimpin Syafawi dalam kekuatan politik dan militer. Haidar menikahi anak Uzun Hasan dan dalam perkawinannya melahirkan tiga orang putra Ali, Ibrahim, dan Ismail. Kemenangan Ak Koyunlu 1476 M terhadap Kara Koyunlu memandang gerakan Syafawi yang dipimpin Haidar sebagai rival politik bagi Ak Koyunlu dapat meraih kekuasaan selanjutnya. Ketika Syafawi menyerang wilayah Sircassia dan Sirwan, Ak Koyunlu malah mengirim bantuan militer untuk membantu Sirwan sehingga Syafawi kalah dan Haidar terbunuh.
Ali putra Haidar dituntut untuk membalas dendam atas kematian Haidar. Tetapi Ya’kub pemimpin Ak Koyunlu berhasil menangkap Ali dan dua saudaranya berserta ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M). Kemudian mereka dibebaskan oleh Rustam putra Ak Koyunlu, dengan syarat mau membantu membebaskan sepupunya. Namun selanjutnya Rusman memusuhi Ali yang menyebabkan kematian Ali (1494 M) dan di ganti adiknya Ismail. Meskipun Ismail masih tujuh tahun, ia menyiapkan pasukannya yang dinamai Qizibash (Baret Merah) yang dibentuk oleh ayahnya Haidar.
Dibawah pimpinan Ismail tahun 1501 M berhasil mengalahkan Ak-Koyunlu di Sharur dab berhasil merebut Ibu kotanya Tabriz dan di tempat ini dia memproklomasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti Syafawi dan disebit Ismail I. Ismail berkuasa selama 23 tahun.
Ismail digantikan oleh anaknya Tahmasp I, Tahmasp memerintah selama 52 tahun. Menjelang wafatnya tahmasp mengalami sakit keras, pada masa ini pasukan Qizibash terpecah menjadi dua kubu, satu memihak kepada Ismail Mirza dan lainya memihak kepada HaidarbMirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar Mirza putra ketiga sebagai calon penggantinya. Namun Ismail melakukan penolakan dan perlawanan pada saat penobatan Haidar menjadi khalifah (syah) dan akhirnya haidar terbunuh, dan Ismail naik tahta dengan gelar Ismail II.
Setelah setahun menjabat, Ismail wafat dan diganti oleh Muhammad Khudabanda petra pertama Tahmasp I. Khudabanda menjabat kurang lebih sepuluh tahun. Kemudian diganti oleh Syah Abbas I, dan dia menjabat selama kurang lebih 41 tahun. Sebelum Abbas I, persaingan antara Syafawi dengan Turki Usmani selalu terjadi, ditandai dengan perang yang berkepanjangan, perang dimulai sejak kepemimpinan Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail (1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Akhirnya Abbas I (1588-1628 M) melakukan perjanjian dengan Turki Ustmani sehinnga mengakhiri perang.
Dan pada masa Abbas I kerajaan Syafawi mengalami masa kejayaan yang gemilang dan merupakan puncak kejayaan kerajaan Syafawi. Kemajuan-kemajuan itu antara lain :
a.       Bidang Politik
Dibawah pemerintahan Abbas I kerajaan Syafawi mencapai kekuasaan  politiknya yang tertinggi. Sang penguasa secara penuh mengendalikan birokrasi dan pengumpulan pajak, memonopoli kegiatan industri dan penjualan bahan-bahan pakaian dan produk lainnya, membangun sejumlah kota besar, dan memugar sejumlah tempat keramat dan jalan-jalan sebgai ekspresi dari kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyatnya.[3]
b.      Bidang Ekonomi
Perkembangan ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun diubah menjadi Bandar Abbas. Dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur dagang antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Perancis yang sepenuhnya milik Kerajaan Syafawi. Syafawi juga mengalami kemajuan sektor pertanian didaerah Bulan Sabit subur (Fortile Crescent). Sedangkan di Utara di sekitar laut Kaspia, perdagangan di darat dari sentral Asia, tetapi mulai kota-kota penting Syafawi, sperti Heart, Merv, Noshafur, Tbriz, dan Baghdad.[4]
c.       Bidang Ilmu Pengetahuan
Beberapa ilmuwan yang hadir di majlis Istana antara lain, Baha al-Din al-Syaerazi (generalis ilmu pengetahuan), Sadar al-Din al-Syaerazi (filosofi), dan Muhammad Baqir ibn Muhammad Damad (teolog, filosofi, observator kehidupan lebah).
d.      Bidang Pembangunan Fisik dan Seni
Para penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota yang sangat indah. Terdapat bangunan-bangunan yang indah dan besar seperti masjid, rumah sakit, sekolah, jembatan raksasa di ats Zende Rudd dan istana Chili Sutun. Dalam hal seni kemajuan pada arsitektur bangunan yang terlihat pada masjid Shah yang dibangun 1611 M dan masjid Lutf Allah yang dibangun 1603 M. Adanya peninggalan berbentuk kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode, tembikar dan lain-lain. Ketika Abbas wafat, di Isfahan terdapat 162 Masjid, 48 akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.[5]
e.       Bidang Tarekat
Kerajaan Syafawi adalah gerakan Sifistik yaitu gerakan tarekat. Oleh karena itu dibidang tarekat pun cukup maju. Gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berfikir dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam bidang politik pemerintahan.[6]
.
2.      Kemunduran Kerajaan Syafawi
a.       Konflik Politik yang Panjang
Ketegangan dan konflik ini lebih disebabkan oleh rivalitas politik antara keduanya sejak awal. Disamping itu perbedaan antara aliran Syi’ah dan aliran Sunni yang terjadi antra keduanya menambah kuatnya persaingan yang melahirkan ketegangan bahkan konflik.
b.      Melemahnya Kekuatan Militernya
Pada masa Abbas I berkuasa, membentuk pasukan Ghulam, awalnya pasukan ini sangat bagus, tetapi lambat laun pasukan ini tidak memiliki semangat. Sementara pasukan Qizilbash yang baru dimunculkan kembali tidaklah setangguh Qizilbash pra Abbas I yang membawanya kepada kemunduran dan kehancurannya.
c.       Krisis Moral Penguasa
Para wanita piaraan atau disebut dengan harem disebut-sebut sebagai salah satu kehancuran politik dunia Islam. Sultan Sulaiman yang pemabuk itu ternyat juga menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya. Pernah selama jutuh tahun tidak pernah menyempatkan diri untuk mengurusi pemerintahannya, dan begitu juga pada Sultan Husein.
d.      Adanya Figur Pemimpin yang Kurang Cakap
Cucu Abbas, Safi Mirza, ia disamping lemah juga tidak besikap bijak terhadap para pembesar kerajaan. Abbas II adalah Sultan yang gemar minum-minuman keras hingga membuatnya jajuh sakit kemudian meninggal dunia. Demikian juga Sultan Sulaiman yang pemabuk, ia bersikap kejam terhadap para pembesar sehingga rakya t ach terhadapnya.

C.    Sejarah Kerajaan Mughal
1.      Awal Perkembangan Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Syafawi. Kerajaan Mughal di India dengan Ibu kotanya Delhi didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M), ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Ferghana. Pada umur 11 tahun sudah diwarisi kekuasaan di daerah Ferghana dan dia sangat berambisi ingin melaklukan kota terpenting di Asia Tenggara yaitu Samarkand.[7]
Pada awalnya ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Syafawi Ismail I, akhirnya ia behasil menaklukan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Lalu dia meneruskan ekspansinya ke India yang waktu itu Ibrahim Lodi, yang berkuasa di India, karena dilanda krisis sehinnga stabilitas pemerintahan kacau. Alam Khan paman dari Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan gubernur Lahore mengirim utusan ke Kabul untuk meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Pada tahun 1525 M Babur bisa menguasai Punjab dengan ibu kota Lahore. Setelah satu tahun itu ia memimpin tentranya menuju Delhi. Tepatnya tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu, Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakan pemerintahannya disana.
Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia pada umur 48 tahun setelah 30 tahun memerintah. Adapun Raja-raja yang setelah Raja Zahruddin Babur, antara lain :
a.       Humayun (1530-1539 M)
b.      Akbar (1556-1605 M)
c.       Jengahir (1605-1628 M)
d.      Syah Jehan (1628-16558 M)
e.       Aurangzeb (1658-1707 M)
f.       Muazzam (Bahadur Syah) (1707-1712 M)
g.      Jehender (1712-1713 M)
h.      Farukh Syah (1713-1719 M)
i.        Muhammad Syah (1719-1748 M)
j.        Ahmad Syah (1748-1754 M)
k.      Alamghir II (1754-1759 M)
l.        Syah Alam (1759-1806 M)
m.    Akbar II ( 1806-1837 M)
n.      Bahadur Syah (1837-1858 M).[8]
Kemajuan Kerajaan Mughal, antara lain :
a.       Bidang Militernya
Akbar membentuk sistem pemerintahan Militeristik yang dipimpin oleh seorang Sipah Salar ( kepala komando) sedang sub-distrik dipegang oleh Faujar (komando). Pejabat-pejabat itu memang harus mengikuti latihan kemiliteran
b.      Bidang Politik
Akbar merupakan politik tolerani yang universal (sulakhul). Dengan politik ini semua rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan agama.[9]
c.       Bidang Ekonomi
Memajukan pertanian yang hasilnya terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan rempah-rempa. Pemerintah membentuk lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta hubungan dengan para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia Tenggara
d.      Bidang Seni
Jangahir merupakan salah satu pelukis terhebat. Mughal juga terkenal dengan ukiran dan marmer yang timbul dengan kombinasi warna warni. Bangunan yang terkenal diantaranya Delhi dan yang paling populer adalah Taj mahal di Aghra.
e.       Bidang Sastra
Banyak sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang di masa Akbar menjadi bahaa yang banyak di pakai oleh rakyat India din Pakistan.
f.       Bidang Ilmu Pengetahuan
Syah Jehan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat pendidikan di Lucknow.

2.      Kemunduran Kerajaan Mughal
a.       Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer suhingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal
b.      Kemorosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uanf negara.
c.       Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama sangat sukar diatas oleh sultan-sultan sesudahnya.
d.      Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang lemah dalam bidang kepemimpinan

IV.            KESIMPULAN
Kerajaan Ustman terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni ( 1520-1566 M), puncak kemajuan kerajaan Syafawi pada masa pemerintahan Abbas I (1588-1628 M), dan puncak kemajuan kerajaan Mughal pada masa Sultan Akbar (1542-1605 M). Setelah masa tiga orang raja besar  di tiga kerajaan tersebut, kerajaan-kerajaan itu mulai mengalami kemunduran. Akan tetapi kemunduran itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kerajaan Mughal setelah Akbar untuk beberapa lama pemerintahan masih dipegang oleh raja-raja besar yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan Aurangzeb (1658-1707 M). Ketiga raja Mughal ini masih dapat mempertahankan kemajuan yang dicapai pada masa Akbar. Baru setelahAyrangzeb kerajaan Mughal mengalami kemunduran yang agak dratis, kerajaan ini berakhir tahun 1858 M.
Kerajaan Ustmani setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat masih tetap kuat, bahkan masih mampu melakukan ekspansi ke beberapa daerah di Eropa Timur. Berbeda dengan dua kerajaan besar yang lain, kerajaan Ustmani adlah kerajaan yang terbesar. Kerajaan itu meskipun banyak mengalami banyak kemunduran yang cukup dratis di akhir abad ke-17 dan abad ke-18 M, ia tetap dipandang sebagai sebuah negara yang besar yang disegani oleh lawan. Kerajaan ini baru berakhir pada abad ke-20 M.
Kemunduran yang paling dratis dialami oleh kerajaan Syafawi setelah Abbas, raja-raja kerajaan Syafawi adalah orang-orang yang lemah yang mengakibatkan kerajaan ini dengan cepat mengalami kemunduran. Hamya satu abad setelah ditinggal Abbas  kerajaan ini hancur.
   V.            PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat apabila ada kata-kata yang salah dalam pengetikan  saya mohon maaf. Dan semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.


















DAFTAR PUSTAKA

Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004
Munir, Samsul, Sejarah Perdaban Islam, Jakarta : Amza, 2010
Supriyadi, Dedi, Sejarah dan Perdaban Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 1995
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2010



[1] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2010, hal 129-137
[2] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers; Jakarta 1995, hal 139
[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2000, hal 144
[4] Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2004, hal 176
[5] Dedi Supriyadi, Sejarah dan Peradaban Islam, Pustaka Setia; Bandung 2008, hal 257
[6] Samsul Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, Amza; jakarta 2010, hal 192
[7] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 1995, hal 147
[8] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 1995, hal 256
[9] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2003, hal 149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar