MASA KEKUASAAN TIGA KERAJAAN BESAR
USTMANI, SYAFAWI dan MOGHOL
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Ismawati, Prof. Dr, Hj., M. Ag
Disusun Oleh :
Nurul Hidayah (131111117)
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2013
I.
PENDAHULUAN
Setelah khilafah Abbasiyah di
Baghdad runtuh akibat serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami
kemunduran sacara dratis. Wilayah kekuasaannya tercabik-cakik dalam beberapa
kerajaan kecil yang satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan
budaya dan peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol
itu. Namun, kemalangan tidak berhenti sampai disitu. Timur Lenk, sebagaimana
telah disebut, menghancurkan pusat-pusat.
Keadaan politik umat Islam secara
keseluruhan baru mengalami kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya
tiga kerajaan besar : Ustmani di Turki, Mughal di India, dan Safawi di Persia.
Kerajaan Usmani, di samping yang pertama berdiri, juga yang tersebar dan paling
lama bertahan dibandingkan dua kerajaan lainnya.
II.
RUMUSAN MASALAH
A.
Bagaimana
Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Ustmani?
B.
Bagaimana
Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Syafawi?
C.
Bagaimana
Sejarah dan Kemunduran Kerajaan Mughal?
III.
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Kerajaan Ustmani
1.
Awal perkembangan Kerajaan Ustmani
Kerajaan Ustmani pertama kali yang mendirikan adalah bangsa Turki
dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah Mongol dan daerah negeri Cina. Dalam
jangka waktu kira-kira tiga abad, mereka oindah ke Turkistan kemudian Persia
dan Irak. Mereka masuk Islam sekitar abad ke-9 atau ke-10, ketika mereka
menetap di Asia Tenggah. Dibawah tekanan serangan-serangan Mongol pada abad
ke-13 M, mereka melarikan diri ke daerah barat dan mencari tempat pengungsian
di tengah saudara-saudara mereka, orang-orang Turki Seljuk di daratan tinggi
Asia Kecil. Dibawah pimpinan Ertoghrul mereka mengabdikan kepada Sultan
Alauddin II, Sultan Seljuk yang kebetulan sedang berperang melawan Bizantium.
Berkat bantuan Alauddin mereka mendapat kemenangan dan Alauddin mengahadiahkan
sebidang tanah di Asia Kecil yang berbatasan dengan Bizantium.
Ertoghrul meninggal dunia tahun 1289 M. Kepemimpinan dilanjutkan
putranya Ustman yang dianggap sebagai pendiri kerajaan ustmani. Ustman
memerintah antara tahun 1290 M dan 1326 M. Pada tahun 1300 M bangsa Mongol
menyerang kerajaan Seljuk dan Sultan Alauddin terbunuh. Ustman pun menyatakan
kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Penguasa
pertamanya adalah Ustman yang disebut Ustman I.
Setelah Ustman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al Usman
(raja keluarga Ustman) tahun 699 H (1300 M). Ia menyerang daerah perbatasan
Bizantium dan menaklukan kota Broessa tahun 1317 M, pada tahun 1326 M dijadikan
kerajaan. Pada pemerintahan Orkhan (726 H/1326 M-761 H/1350 M). Kerajaan Turki
Ustmani ini dapat menaklukan Azmir (Smirna) tahun 1327 M, Thawasyanli (1330 M),
Uskandar (1338 M), Ankara (1354 M), dan Gallipoli (1356 M).
Ketika Murad I, pengganti Orkhan berkuasa (761 H/1359 M-789 H/1389
M), ia menaklukan perluasan daerah ke Benua Eropa. Ia dapat menaklukan
Adrianopel kemudian dijadikan ibu Kota kerajaan baru, Macedonia, Sopia,
Salonia, dan seluruh bagian utara Yunani. Merasa cemas Paus mengobarkan
semangat perang, sejumlah pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur
Turki Ustmani. Pasukan dipimpin oleh Sijisman, raja hongaria. Sultan Bayazid I
(1389-1403 M), pengganti Murad I, dapat menghancurkan pasukan sekutu Kristen
Eropa.
Ketika ekspansi diarahkan ke Konstantinopel, tentara Mongol yang
dipimpin Timur Lenk melakukan serangan ke Asia Kecil. Pertempuran hebat terjadi
di Ankara 1402 M. Tentara Turki Ustmani mengalami kekalahan, Bayazid beserta
putranya Musa tertawan dan wafat dalam tawanan tahun 1403 M. Ketika Timur Lenk
meninggal dunia 1405 M< kesultanan Mongol dibagi-bagi kepada putra-putranya
yang saling berselisih. Pada saat terjadi perselisihan antara putra-putranya
Bayazid ( Muhammad, Isa, dan Sulaiman). Dan selama sepuluh tahun berselisih
akhirnya Muhammad berhasil mengalahkan saudara-saudaranya. Usaha Muhammad
pertama kali mengadakan perbaikan-perbaikan dan meletakan dasar-dasar keamanan
dalam negeri. Usahanya dicetuskan oleh Murad II (1421-1452 M), Turki Ustmani
puncak kemajuannya pada masa Muhammad II yang disebut Muhammad Al-Fatih
(1451-1484).
Sultan Muhammad Al-Fatih mengalahkan Bizantium dan Konstantinopel
1453 M, dan lebih mudahlah arus ekspansi Turki Ustmani ke Benua Eropa. Ketika
Sulaiman SalimI ( 1512-1520 M) naik tahtaia mengalihkan perhatian ke arah Timur
dengan menaklukan Persia, Syria, dan
dinasti Mamalik di mesir yang di kembangkan oleh Sultan Sulaiman Al-Qanuni
(1520-1566 M). Sulaiman berhasil menundukan Irak, Belgrado, Pulau Rodhes,
Tunis, Budapest, dan Yuman. Dengan demikian luas wilayah Turki Ustmani pada
masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup Asia Kecil, Armenia, Irak, Siria,
Hejaz, dan Yaman di Asia; Mesir, Libia, Tunis, dan Aljazair di Afrika;
Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria, dan Rumania di Eropa.
Kemajuan dan Perkembangan ekspansi kerajaan Ustmani yang demikian
luas dan berlangsung dengan cepat itu diikuti pula kemajuan dalam bidang
kehidupan yang lain, antara lain :
a)
Bidang
Kemiliteran dan Pemerintahan
Kekuatan
Militer Turki Ustmani yang tangguh itu dengan cepat dapat menguasai wilayah
yang amat luas, baik di Asia, Afrika, maupun Eropa. Faktor utama yang mendorong
kemajuan di lapangan kemiliteran ini ialah tabiat bangsa Turki itu sendiri yang
bersifat militer, berdisiplin, dan patuh terhadap peraturan.
Dalam
struktur pemerintahan sultan sebagai
penguasa tertinggi di bantu oleh shadr
al-a’zham (perdana menteri), yang membawahi pasya (gubernur). Di
bawahnya terdapat beberapa orang al-zanaziq atau al-alawiyah
(bupati). Dan Sultan Sulaiman I, menyusun kitab undang-undang (qanun)
yang bernama Multaqa al-Abhur yang menjadi dasar hukum Turki Ustmani
sampai datang reformasi abad ke-19. Dan kerajaan Sultan Sulaiman I di beri
gelar al-Qanuni.
b)
Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Budaya
Kebudayaan
Turki Ustmani bermacam-macam antara lain kebudayaan Persia, Bizantium, dan
Arab. Dari Persia mengambil ajaran tentang etika dan tata krama istana
raja-raja. Organisasi militernya di dapat di Bizantium. Sedangkan tentang
prinsip ekonomi, sosial, kemasyarakatan, keilmuan dan huruf di dapat di Arab.
Namun
Turki Ustmani lebih memfokuskan di bidamh Kemiliterannya dan di bidang ilmu
pengetahuan tidak begitu menonjol, oleh karena itu tdak ditemukan ilmuwan terkemuka dari Turki Ustmani. Namun
dalam bidang arsitekturnya banyak menonjol terdapat bangunan masjid yang indah,
seperti Masjid Al-Muhammadi atau Masjid Jami’ Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid
Agung Sulaiman, dan Masjid Abi Ayyub Al-Anshori. Masjid tersebut dihiasi dengan
kaligrafi yang indah. Disebutkan bahwa 235 buah bangunan di bangun di bawah
koordinator Sinan seorang arsitek asal Anatolia.
c)
Bidang
Keagamaan
Tarekat
yang menonjol adalah tarekat Bektasyi dan Maulawi, tarekat keduaya banyak
dianut di kalangan sipil dan militer. Tarekat Bektasyi sangat dominan
dikalangan tentara Jenissari dan mereka di sebut Tentara Bektasyi. Sedangkan
tarekat Maulawi mengimbangi Jenissari Bektasayi.
Dan
kajian-kajian ilmu keagamaan seperti fiqih, ilmu kalam, tafsir, dan hadits
tidak mengalami perkembangan.[1]
2.
Kemunduran Kerajaan Ustmani
a.
Wilayah
Kekuasaan yang Sangat Luas
Pemerintahan
Kerajaan Ustmani wilayahnya sangat kompleks dan rumit tetapi administrasinya
tidak beres. Di pihak lain banyak penguasa yang ingin menguasai wilayah
tersebut dan sering terjadi peperangan. Hal inilah menyedot banyak potensi yang
seharusnya dapat digunakan untuk membangun negara.
b.
Heterogenitas
Penduduk
Tanpa
didukung oleh administrasi yang baik, Kerajaan Turki Ustmani hanya akan
menanggung beban yang berat akibat
heterogenitas tersebut. Perbedaan bangsa dan agama acap kali melatar belakangi
terjadinya peperangan dan pemberontakan
c.
Kelemahan
Para Penguasa
Sepeninggalnya
Sulaiman Al-Qanuni Kerajaan Ustmani diperintah oleh sultan-sultan yang lemah.
Akibatnya pemerintahan menjadi kacau dan kekacauan tersebut tidak bisa diatasi
dengan sempurna.
d.
Budaya
Pungli
Setiap
jabatan yang hendak diaraih oleh seseorang harus “dibyar” kepada orang yang
berhak memberikan jabatannya. Budaya Pungli ini mengakibatkan dekadensi moral
kian merajalela yang membuat pejabat semakin rapuh.
e.
Pemberontakan
Tentara jenissari
Pemberontakan
tentara Jenissari terjadi sebanyak empat kali pada tahun 1525 M, 1632 M, 1727
M, dan 1826 M.
f.
Merosotnya
Ekonomi
Akibat
perang yang tidak pernah berhenti perekonomian negara merosot pendapatan
berkurang sementara belanja negara bertambah.
g.
Terjadinya
Stagnasi dalam lapangan Ilmu dan Teknologi
Kemajuan
militer yang tidak di imbangi dengan teknologi menyebabkan kerajaan ini tidak
sanggup persenjataan musuh dari Eropa
yang lebih maju.
B.
Sejarah Kerajaan Syafawi
1.
Awal Perkembangan Kerajaan Syafawi
Tarekat Syafawi yang dipimpin Syaikh Syafi’ al Din (1252-1334 M).
Pada awalnya gerakan Syafawi adalah
untuk memerangi orang-orang yang ingkar, kemudian memerangi golongan yang
mereka sebuh ahli bid’ah. Karena itu lama-kelamaan murid-murid tarekat
Safawoiyah berubah menjadi tentara yang terorganisir, fanatik dalam kepercayaan
dan menentang setiap orang yang bermazhab berbeda. Memasuki dunia politik
tersebut dapat terwujud pada masa
kemimpinan Juned (1447-1460 M). Syafawi memperluas gerakannya dengan menambah kegiatan keagamaan, perluasaan
tersebut menimbulkan konflik dengan Karo Koyunlu dan Juned kalah, akhirnya dia
diasingkan ke suatu tempat. Ditempat itu dia mendapat perlindungan dari
penguasa Diyar Bakr, Ak-Koyunlu. Selama perasingan juned menghimpun kekuatan
untuk beraliansi secara politik dengan Uzun Hasan. Dan juned mempersunting
sepupu Hasan dan memiliki putra bernama Haidar. Kemudian juned terbunuh saat
mencoba merebut silsila.[2]
Haidar mengganti ayahnya
dalam memimpin Syafawi dalam kekuatan politik dan militer. Haidar menikahi anak
Uzun Hasan dan dalam perkawinannya melahirkan tiga orang putra Ali, Ibrahim,
dan Ismail. Kemenangan Ak Koyunlu 1476 M terhadap Kara Koyunlu memandang
gerakan Syafawi yang dipimpin Haidar sebagai rival politik bagi Ak Koyunlu
dapat meraih kekuasaan selanjutnya. Ketika Syafawi menyerang wilayah Sircassia
dan Sirwan, Ak Koyunlu malah mengirim bantuan militer untuk membantu Sirwan
sehingga Syafawi kalah dan Haidar terbunuh.
Ali putra Haidar dituntut untuk membalas dendam atas kematian
Haidar. Tetapi Ya’kub pemimpin Ak Koyunlu berhasil menangkap Ali dan dua
saudaranya berserta ibunya di Fars selama empat setengah tahun (1489-1493 M).
Kemudian mereka dibebaskan oleh Rustam putra Ak Koyunlu, dengan syarat mau
membantu membebaskan sepupunya. Namun selanjutnya Rusman memusuhi Ali yang
menyebabkan kematian Ali (1494 M) dan di ganti adiknya Ismail. Meskipun Ismail
masih tujuh tahun, ia menyiapkan pasukannya yang dinamai Qizibash (Baret Merah)
yang dibentuk oleh ayahnya Haidar.
Dibawah pimpinan Ismail tahun 1501 M berhasil mengalahkan
Ak-Koyunlu di Sharur dab berhasil merebut Ibu kotanya Tabriz dan di tempat ini
dia memproklomasikan dirinya sebagai raja pertama dinasti Syafawi dan disebit
Ismail I. Ismail berkuasa selama 23 tahun.
Ismail digantikan oleh anaknya Tahmasp I, Tahmasp memerintah selama
52 tahun. Menjelang wafatnya tahmasp mengalami sakit keras, pada masa ini
pasukan Qizibash terpecah menjadi dua kubu, satu memihak kepada Ismail Mirza
dan lainya memihak kepada HaidarbMirza. Dalam hal ini Tahmasp memilih Haidar
Mirza putra ketiga sebagai calon penggantinya. Namun Ismail melakukan penolakan
dan perlawanan pada saat penobatan Haidar menjadi khalifah (syah) dan akhirnya
haidar terbunuh, dan Ismail naik tahta dengan gelar Ismail II.
Setelah setahun menjabat, Ismail wafat dan diganti oleh Muhammad
Khudabanda petra pertama Tahmasp I. Khudabanda menjabat kurang lebih sepuluh
tahun. Kemudian diganti oleh Syah Abbas I, dan dia menjabat selama kurang lebih
41 tahun. Sebelum Abbas I, persaingan antara Syafawi dengan Turki Usmani selalu
terjadi, ditandai dengan perang yang berkepanjangan, perang dimulai sejak
kepemimpinan Ismail I (1501-1524 M), lalu Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail (1576-1577
M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1587 M). Akhirnya Abbas I (1588-1628 M)
melakukan perjanjian dengan Turki Ustmani sehinnga mengakhiri perang.
Dan pada masa Abbas I kerajaan Syafawi mengalami masa kejayaan yang
gemilang dan merupakan puncak kejayaan kerajaan Syafawi. Kemajuan-kemajuan itu
antara lain :
a.
Bidang
Politik
Dibawah
pemerintahan Abbas I kerajaan Syafawi mencapai kekuasaan politiknya yang tertinggi. Sang penguasa
secara penuh mengendalikan birokrasi dan pengumpulan pajak, memonopoli kegiatan
industri dan penjualan bahan-bahan pakaian dan produk lainnya, membangun
sejumlah kota besar, dan memugar sejumlah tempat keramat dan jalan-jalan sebgai
ekspresi dari kepeduliannya terhadap kesejahteraan rakyatnya.[3]
b.
Bidang
Ekonomi
Perkembangan
ekonomi yang pesat setelah kepulauan Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumrun
diubah menjadi Bandar Abbas. Dikarenakan Bandar ini merupakan salah satu jalur
dagang antara Timur dan Barat yang biasa diperebutkan oleh Belanda, Inggris,
dan Perancis yang sepenuhnya milik Kerajaan Syafawi. Syafawi juga mengalami
kemajuan sektor pertanian didaerah Bulan Sabit subur (Fortile Crescent).
Sedangkan di Utara di sekitar laut Kaspia, perdagangan di darat dari sentral
Asia, tetapi mulai kota-kota penting Syafawi, sperti Heart, Merv, Noshafur,
Tbriz, dan Baghdad.[4]
c.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Beberapa
ilmuwan yang hadir di majlis Istana antara lain, Baha al-Din al-Syaerazi (generalis
ilmu pengetahuan), Sadar al-Din al-Syaerazi (filosofi), dan Muhammad Baqir ibn
Muhammad Damad (teolog, filosofi, observator kehidupan lebah).
d.
Bidang
Pembangunan Fisik dan Seni
Para
penguasa kerajaan menjadikan Isfahan menjadi kota yang sangat indah. Terdapat
bangunan-bangunan yang indah dan besar seperti masjid, rumah sakit, sekolah,
jembatan raksasa di ats Zende Rudd dan istana Chili Sutun. Dalam hal seni
kemajuan pada arsitektur bangunan yang terlihat pada masjid Shah yang dibangun
1611 M dan masjid Lutf Allah yang dibangun 1603 M. Adanya peninggalan berbentuk
kerajinan tangan, keramik, karpet, permadani, pakaian dan tenunan, mode,
tembikar dan lain-lain. Ketika Abbas wafat, di Isfahan terdapat 162 Masjid, 48
akademi, 1802 penginapan dan 273 pemandian umum.[5]
e.
Bidang
Tarekat
Kerajaan
Syafawi adalah gerakan Sifistik yaitu gerakan tarekat. Oleh karena itu dibidang
tarekat pun cukup maju. Gerakan tarekat pada masa ini tidak hanya berfikir
dalam bidang keagamaan tetapi juga dalam bidang politik pemerintahan.[6]
.
2.
Kemunduran Kerajaan Syafawi
a.
Konflik
Politik yang Panjang
Ketegangan
dan konflik ini lebih disebabkan oleh rivalitas politik antara keduanya sejak
awal. Disamping itu perbedaan antara aliran Syi’ah dan aliran Sunni yang
terjadi antra keduanya menambah kuatnya persaingan yang melahirkan ketegangan
bahkan konflik.
b.
Melemahnya
Kekuatan Militernya
Pada
masa Abbas I berkuasa, membentuk pasukan Ghulam, awalnya pasukan ini sangat
bagus, tetapi lambat laun pasukan ini tidak memiliki semangat. Sementara
pasukan Qizilbash yang baru dimunculkan kembali tidaklah setangguh Qizilbash
pra Abbas I yang membawanya kepada kemunduran dan kehancurannya.
c.
Krisis
Moral Penguasa
Para
wanita piaraan atau disebut dengan harem disebut-sebut sebagai salah satu
kehancuran politik dunia Islam. Sultan Sulaiman yang pemabuk itu ternyat juga
menyenangi kehidupan malam beserta harem-haremnya. Pernah selama jutuh tahun
tidak pernah menyempatkan diri untuk mengurusi pemerintahannya, dan begitu juga
pada Sultan Husein.
d.
Adanya
Figur Pemimpin yang Kurang Cakap
Cucu
Abbas, Safi Mirza, ia disamping lemah juga tidak besikap bijak terhadap para
pembesar kerajaan. Abbas II adalah Sultan yang gemar minum-minuman keras hingga
membuatnya jajuh sakit kemudian meninggal dunia. Demikian juga Sultan Sulaiman
yang pemabuk, ia bersikap kejam terhadap para pembesar sehingga rakya t ach
terhadapnya.
C.
Sejarah Kerajaan Mughal
1.
Awal Perkembangan Kerajaan Mughal
Kerajaan Mughal adalah kerajaan Islam yang pernah berkuasa di India
berdiri seperempat abad sesudah berdirinya kerajaan Syafawi. Kerajaan Mughal di
India dengan Ibu kotanya Delhi didirikan oleh Zahiruddin Babur (1482-1530 M),
ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Ferghana. Pada umur 11 tahun sudah diwarisi
kekuasaan di daerah Ferghana dan dia sangat berambisi ingin melaklukan kota
terpenting di Asia Tenggara yaitu Samarkand.[7]
Pada awalnya ia mengalami kekalahan, tetapi karena mendapat bantuan
dari Raja Syafawi Ismail I, akhirnya ia behasil menaklukan Samarkand tahun 1494
M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afganistan. Lalu dia
meneruskan ekspansinya ke India yang waktu itu Ibrahim Lodi, yang berkuasa di
India, karena dilanda krisis sehinnga stabilitas pemerintahan kacau. Alam Khan
paman dari Ibrahim Lodi bersama Daulat Khan gubernur Lahore mengirim utusan ke
Kabul untuk meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di
Delhi.
Pada tahun 1525 M Babur bisa menguasai Punjab dengan ibu kota
Lahore. Setelah satu tahun itu ia memimpin tentranya menuju Delhi. Tepatnya
tanggal 21 April 1526 M terjadilah pertempuran yang dahsyat di Panipat. Ibrahim
beserta ribuan tentaranya terbunuh dalam pertempuran itu, Babur memasuki kota
Delhi sebagai pemenang dan menegakan pemerintahannya disana.
Pada tahun 1530 M Babur meninggal dunia pada umur 48 tahun setelah
30 tahun memerintah. Adapun Raja-raja yang setelah Raja Zahruddin Babur, antara
lain :
a.
Humayun
(1530-1539 M)
b.
Akbar
(1556-1605 M)
c.
Jengahir
(1605-1628 M)
d.
Syah
Jehan (1628-16558 M)
e.
Aurangzeb
(1658-1707 M)
f.
Muazzam
(Bahadur Syah) (1707-1712 M)
g.
Jehender
(1712-1713 M)
h.
Farukh
Syah (1713-1719 M)
i.
Muhammad
Syah (1719-1748 M)
j.
Ahmad
Syah (1748-1754 M)
k.
Alamghir
II (1754-1759 M)
l.
Syah
Alam (1759-1806 M)
m.
Akbar
II ( 1806-1837 M)
n.
Bahadur
Syah (1837-1858 M).[8]
Kemajuan Kerajaan Mughal, antara lain :
a.
Bidang
Militernya
Akbar
membentuk sistem pemerintahan Militeristik yang dipimpin oleh seorang Sipah
Salar ( kepala komando) sedang sub-distrik dipegang oleh Faujar (komando).
Pejabat-pejabat itu memang harus mengikuti latihan kemiliteran
b.
Bidang
Politik
Akbar
merupakan politik tolerani yang universal (sulakhul). Dengan politik ini semua
rakyat India dipandang sama. Mereka tidak dibedakan karena perbedaan etnis dan
agama.[9]
c.
Bidang
Ekonomi
Memajukan
pertanian yang hasilnya terdiri dari padi, kacang, tebu, kapas, tembakau, dan
rempah-rempa. Pemerintah membentuk lembaga yang mengurusi hasil pertanian serta
hubungan dengan para petani. Industri tenun juga banyak diekspor ke Eropa, Asia
Tenggara
d.
Bidang
Seni
Jangahir
merupakan salah satu pelukis terhebat. Mughal juga terkenal dengan ukiran dan
marmer yang timbul dengan kombinasi warna warni. Bangunan yang terkenal
diantaranya Delhi dan yang paling populer adalah Taj mahal di Aghra.
e.
Bidang
Sastra
Banyak
sastra dari bahasa Persia diubah ke bahasa India. Bahasa Urdu yang berkembang
di masa Akbar menjadi bahaa yang banyak di pakai oleh rakyat India din
Pakistan.
f.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
Syah
Jehan mendirikan perguruan tinggi di Delhi. Aurangzeb mendirikan pusat
pendidikan di Lucknow.
2.
Kemunduran Kerajaan Mughal
a. Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer suhingga
operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak dapat segera dipantau
oleh kekuatan maritim Mughal
b. Kemorosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite politik, yang
mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uanf negara.
c. Pendekatan Aurangzeb yang terlampau “kasar” dalam melaksanakan
ide-ide puritan dan kecenderungan asketisnya, sehingga konflik antar agama
sangat sukar diatas oleh sultan-sultan sesudahnya.
d. Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang
lemah dalam bidang kepemimpinan
IV.
KESIMPULAN
Kerajaan Ustman
terjadi pada masa pemerintahan Sultan Sulaiman Al-Qanuni ( 1520-1566 M), puncak
kemajuan kerajaan Syafawi pada masa pemerintahan Abbas I (1588-1628 M), dan
puncak kemajuan kerajaan Mughal pada masa Sultan Akbar (1542-1605 M). Setelah
masa tiga orang raja besar di tiga
kerajaan tersebut, kerajaan-kerajaan itu mulai mengalami kemunduran. Akan
tetapi kemunduran itu berlangsung dalam kecepatan yang berbeda-beda. Kerajaan
Mughal setelah Akbar untuk beberapa lama pemerintahan masih dipegang oleh
raja-raja besar yaitu Jehangir (1605-1628 M), Syah Jehan (1628-1658 M), dan
Aurangzeb (1658-1707 M). Ketiga raja Mughal ini masih dapat mempertahankan
kemajuan yang dicapai pada masa Akbar. Baru setelahAyrangzeb kerajaan Mughal
mengalami kemunduran yang agak dratis, kerajaan ini berakhir tahun 1858 M.
Kerajaan
Ustmani setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat masih tetap kuat, bahkan masih
mampu melakukan ekspansi ke beberapa daerah di Eropa Timur. Berbeda dengan dua
kerajaan besar yang lain, kerajaan Ustmani adlah kerajaan yang terbesar.
Kerajaan itu meskipun banyak mengalami banyak kemunduran yang cukup dratis di
akhir abad ke-17 dan abad ke-18 M, ia tetap dipandang sebagai sebuah negara yang
besar yang disegani oleh lawan. Kerajaan ini baru berakhir pada abad ke-20 M.
Kemunduran yang
paling dratis dialami oleh kerajaan Syafawi setelah Abbas, raja-raja kerajaan
Syafawi adalah orang-orang yang lemah yang mengakibatkan kerajaan ini dengan
cepat mengalami kemunduran. Hamya satu abad setelah ditinggal Abbas kerajaan ini hancur.
V.
PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat apabila ada kata-kata yang salah
dalam pengetikan saya mohon maaf. Dan
semoga makalah ini bermanfaat untuk kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Ajid, Thohir, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia
Islam, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004
Munir, Samsul, Sejarah Perdaban Islam, Jakarta : Amza, 2010
Supriyadi, Dedi, Sejarah dan Perdaban Islam, Bandung :
Pustaka Setia, 2008
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1995
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2003
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2010
[1] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2010,
hal 129-137
[2] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Rajawali Pers; Jakarta 1995, hal 139
[3] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2000,
hal 144
[4] Thohir
Ajid, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam, PT
Raja Grafindo Persada; Jakarta 2004, hal 176
[5] Dedi
Supriyadi, Sejarah dan Peradaban Islam, Pustaka Setia; Bandung 2008, hal
257
[6] Samsul
Munir Amir, Sejarah Peradaban Islam, Amza; jakarta 2010, hal 192
[7] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 1995,
hal 147
[8] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 1995,
hal 256
[9] Badri
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2003,
hal 149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar