Senin, 22 Desember 2014

Killing Me Inside

hidup kita semua berawal dari tempat yang sama
menghirup udara untuk pertama kalinya dengan cara yang sama
lalu kita mengenal cinta, mengenal persahabatan, mengenal kepercayaan
ketika kesombongan itu datang, hilangkan semua kesetiaan yang ada
merobek lembar demi lembar kepercayaan yang telah kita rangkai
kini kau dan aku telah berbeda






cobalah kau katakan apa yang kau inginkan
ingin ku melupakan, ingin ku meninggalkanmu
semua yang terucap, amarah yang meluap
sadarkan diri ini bukanlah yang terbaik bersama
nada-nada yang hilang, tangisan masa lalu
nyanyian penuh asa bergema dalam luka
ingin ku melupakan, ingin ku meninggalkan
goresan luka hati terukir dengan namamu wohoo
tak semuanya indah, tak segalanya cerah
kita akhiri semua di sini, kau dan aku telah berbeda
semua tak berguna, terbuang sia-sia
biarlah ku mencoba jalani hidup sendiri
apa yang kau ucapkan, apa yang kau lupakan
sadarkan diri ini kau bukanlah yang terbaik untukku
tak semuanya indah, tak segalanya cerah
kita akhiri semua di sini, kau dan aku telah berbeda
tak semuanya indah, tak segalanya cerah
kita akhiri semua di sini, kau dan aku telah berbeda
tak semuanya indah, tak segalanya cerah
kita akhiri semua di sini, kau dan aku telah berbeda

Senin, 15 Desember 2014

tips mencegah jerawat


Cara Mencegah Jerawat Secara Alami. Jerawat dikenal sebagai salah satu penyakit kulit yang sering menyerang manusia. Kehadirannya kadang dapat mengganggu penampilan karena dapat merusak wajah. Jerawat disebabkan umumnya karena produksi kelenjar minyak yang berlebihan.
Kelenjar minyak yang berlebih tersebut akan menyumbat pori-pori kulit dan saluran folikel rambut. Selain itu munculnya jerawat juga dipengaruhi oleh hormon, stress, hingga iritasi yang disebabkan oleh bakteri.

Cara Mencegah Jerawat Timbul dan Datang Kembali Lagi

Cara mencegah jerawat secara alami sebenarnya berprinsip pada beberapa hal. Intinya adalah menghindari agar jerawat tidak tumbuh di kulit. Karena itu sebab-sebab mengapa jerawat bisa tumbuh harus diketahui. Kulit wajah harus selalu bersih saat tubuh istirahat misalnya dengan selalu membersihkan wajah sebelum tidur.
cara-mencegah-jerawat-datang-kembali-lagi
Gunakan pembersih wajah yang sesuai dengan karakter kulit. Kulit berminyak tentu berbeda perawatannya dengan kulit kering. Bila jerawat muncul, biarkan saja dan jangan dicoba untuk disentuh atau dipecahkan karena justru akan memperparah jerawat anda. Sebaiknya hindari pemakaian kosmetik yang berlebihan terutama saat istirahat.
Cara mencegah jerawat secara alami bisa dilakukan dengan menggunakan bahan-bahan tertentu. Bahan yang paling sering digunakan adalah lemon atau jeruk nipis. Lemon atau jeruk nipis sangat kaya akan asam sitrat. Asam sitrat berguna untuk membersihkan sel-sel rusak atau sel mati pada kulit. Cara pemakaiannya yaitu dengan mencampur air perasan lemon dengan air mawar. Campuran ini kemudian dioleskan pada wajah kemudian bilas dengan air hangat.
Terapi ini sudah terbukti mampu mengurangi kadar minyak pada wajah. Cara lainnya bisa dengan menggunakan putih telur. Caranya putih telur dipisahkan dari kuning telur, kemudian dikocok sebentar dan oleskan pada wajah. Diamkan selama 15 menit kemudian bilas dengan air bersih. Terapi ini juga mampu mengurangi kadar minyak di wajah.
Jerawat merupakan hal normal dan setiap manusia bisa dipastikan pernah mengalaminya. Namun dengan perawatan wajah yang teratur, resiko jerawat tentu akan berkurang. Pada intinya cara mencegah jerawatadalah selalu mengkondisikan wajah yang bersih bebas dari kotoran dan bakteri. Penggunaan bahan alami untuk mencegah jerawat akan lebih baik karena mengurangi pemakaian zat kimia pada wajah.

Jumat, 12 Desember 2014

Tentang Kita




Aku dan Kamu

 Aku dan Kamu sangatlah berbeda, dimana aku perempuan dan kamu laki-laki. Sifat kita sangat berbeda jauh, dimana aku yang gampang tersinggung dan cepat emosi, sedangkan kamu pendiam, sabar dan selalu mengalah. Aku sangat bangga bisa kenal dengan kamu, bisa dekat dengan kamu, bahkan bisa menjadi bagian terpenting dalam hidup kamu. Meskipun aku sadar aku banyak kekurangannya untuk kamu. Tapi disini aku berusaha untuk bisa jadi yang terbaik untuk kamu.

Maafkan aku, jika aku sering membuatmu menangis dengan sifatku yang kasar, yang tidak mau mengalah meskipun aku yang salah. Sabar mu yang selalu membuat aku sadar akan sifat ku yang seperti ini. Kamu selalu bertahan untuk aku, untuk hubungan ini.

Aku sadar akan sifatku yang seperti ini, tapi disisi lain aku seperti ini karena kita jauh, aku selalu berfikiran negatif tentang kamu, tentang semua yang kamu lakukan disana. Ketakutanku terlalu tinggi, maka dari itu aku selalu mencari sensasi untuk hubungan ini. Supaya kamu bisa selalu memperhatikan aku setiap harinya.
Meskipun kita selalu berantem, selalu terjatuh tapi kita selalu maju dan mempertahan kan satu sama lain. Karena aku yakin dibalik hubungan kita yang rumit akan ada kebahagiannya nantinya J :*






Jangan pernah menyerah untuk orang yang kita sayangi, sebanyak apaun rintangan yang ada di depan , kalo masing-masing dari pasangan selalu menguatkan maka akan mebuahkan hasil yang sangat membahagiakan.

(karena Allah senang dengan hambanya yang berusaha keras di jalannya J )

Rabu, 10 Desember 2014

Perencanaan Kegiatan Penyuluhan Agama



PERENCANAAN KEGIATAN PENYULUHAN AGAMA
MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi
Tugas Mata Kuliah : Bimbingan Penyuluhan
Dosen Pengampu :

Description: http://portalsemarang.com/wp-content/uploads/2011/04/iain-walisongo1.jpg

Disusun Oleh
Nurul Hidayah                (131111117)


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2014
       I.            PENDAHULUAN
Penyuluhan agama merupakan usaha yang makan tenaga, biaya, dan waktu. Agar pengorbanan itu tidak sia-sia dan mencapai tujuan yang diinginka, penyuluhan agam perlu disiapkan dengan baik lewat perencanaan dengan matang. Aktifitas penyuluhan agama dalam perkembangannya ternyata sudah banyak dilakukan oleh organisasi dalam kelembagaan dakwah, bahkan pembinaan kelembagaan penyuluhan agama juga sudah menjadi kebijakan pembangunan agama yang dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan oleh masyarakat maupun pemerintah.
Namun sejalan dengan dinamika sosial dan kultural sebagai dampak  pembangunan maka dalam pembinaan kehidupan keagamaan dibutuhkan kajian tentang dakwah secara luas dan mendalam. Penelitian ini membahas pelaksanaan penyuluh agama dalam pengembangan agama Islam, terutama yang terkait dengan perubahan perilaku keagamaan masyarakat, seperti pada adanya pemberdayaan masyatakat bidang rohani, intelektual dan aktivitas ekonomi. Sebab pengamatan lapangan menunjukan penyuluhan agama melaksanakan tugas dalam pengembangan masyarakat pada bidang-bidang tersebut.

    II.            RUMUSAN MASALAH
A.    Apa Pengertian Penyuluhan Agama?
B.     Bagaimana Pelaksanaan Penyuluhan agama?
C.     Bagaimana Perencanaan Kegiatan Penyuluhan Agama?

 III.            PEMBAHASAN
A.    Pengertian Penyuluhan Agama
Adapun pengertian penyuluh agama yang dimaksud dalam buku ini adalah penyuluh agama (Fungsional) atau penyuluh agama fungsional dan penyuluh agama (Honorer) atau penyuluh agama Honorer.
Penyuluh agama fungsional adalah yang diberi tugas, tanggung ajwab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan bimbingan atau penyuluh agama dan pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa Agama. Sedangkan penyuluh agama Honorer adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa. Penyuluh agama ini terdiri dari penyuluh agama Muda, penyuluh agama Madya, dan penyuluh agama Utama.[1]
Penyuluh agama Muda adalah penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat di lingkungan pedesaan yang meliputi masyarakat trasnmigrasi, masyarakat terasing, kelompok pemuda/ remaja. Penyuluh agama Madya adalah penyuluh agama yang bertugas pada masyarakat dilingkungan perkotaan meliputi kelompok industri, lembaga pemasyarakatan, rehabilitas sosial. Penyuluh agama Utama adalah penyuluh agama yang bertugas lingkungan pejabat instansi pemerintahan/swasta.

B.     Pelaksanaan Penyuluhan Agama
Tugas penyuluh agama dalam masa pembangunan masa dewasa ini, dituntut agar mampu menyebarkan segala aspek pembangunan melalui pintu agama agar penyuluh dapat berhasil, maka seorang penyuluh agama harus dapat memahami materi da’wah, menguasai betul metode da’wah dan teknik penyuluh, sehingga diharapkan seorang penyuluh agama dapat mencapai tujuan da’wah yaitu dapat mengubah masyarakat sasaran kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera lahir maupun batin, wajar kiranya penyuluh agama diharapakan dapat berperan pula sebagai motivator pembangunan. Tugas penyuluh agama sangat penting karena pembangunan tidak semata-mata mebangun manusia dari aspek lahiriah dan jasmaniah saja, melainkan juga membimbing dan membangun aspek rohaniah, mental spiritual yang dilaksanakan secara simultan.
Pelaksanaan bimbingan keagamaan yang dilakukan penyuluh agama kemudian berkembang tidak hanya dilingkungan masyarakaat pada umumnya, tetapi meliputi kelompok-kelompok dalam masyarakat seperti karyawan pemerintahan, swasta, keluarga ABRI, lembaga sosial, lemabaga pemasyaraka
tan, dan kelompok masyarakat lain.
Dengan perkembangan tersebut penyuluh agama yang melaksanakan bimbingan tidak hanya para pemuka agama saja melainkan juga para petugas dan karyawan kementrian agama khusus bidang pendidikan agama pada masyarakat dan pemberdayaan masjid (penamas).
Materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan pada dasarnya mengenai materi agama, pesan-pesan moral dan etika sabagai bidang rohaniah dan intelektual, tetapi juga bidang ekonomi, selain itu program-program pemerintahan, khususnya program pembangunan yang perlu dilaksanakan beberapa kelompok masyarakat. Sehingga perlu dikaji pelaksanaan penyuluh agama yang diduga memiliki banyak peran  dimasyarakat, sehingga dapat diketahui seberapa besar potensi yang dimiliki penyuluh agama dalam pembangunan masyarakat Islam. Dalam pelaksanaan penyuluh untuk pengembangan masyarakat dapat dilakukan melalui beberapa tahapan.
1.      Tahapan Takwin berarti pembentukan masyarakat Islam, yang kegiatannya da’wah bil lisan sebagai ikhtiar sosialisasi aqidah, ukhuwah islamiah, ta’awwun dan sholat.
2.      Tanzim yaitu tahapan pembinaan dan penataan masyarakat. Pada fase ini internalisasi dan eksternalisasi muncul dalam bentuk insitusionalisasi Islam secara komprehensip dalam realitas sosial. Tahapan ini dimulai dari hijrah Nabi Muhammad ke Madinah, yang dimulai dari pemahaman karakteristik sosial masyarakat.
3.      Taudi yaitu keterlepasan dan kemandirian dimana umat siap menjadi masyarakat mandiri atau yang disebut orang dengan istilah masyarakat Madani. Pada masa ini, umat menjadi mandiri, terutama secara material, pada masa ini seharusnya problem agama, agama harus dipahami sebagai wacana keberdayaan, karena bagaimanapun wahyu Tuhan akan berubah menjadi masalah kebudayaan begitu disentuh oleh manusia.
Sekiranya tiga tahap itu dapat dilakukan dengan baik, dapat terciptanya suatu masyarakat yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang tinggi dan siap menghadapi era globalisasi.
C.    Perencanaan Kegiatan Penyuluhan Agama
Rencana adalah suatu arah tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam perencanaan akan ditetapkan tentang tujuan organisasi yang ingin dicapai.[2] Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari Sunnatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah AWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat Sad ayat 27 :
Dan kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanyan tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”[3]
Perencanaan (takhthith) merupakan starting point dari aktivitas manajerial. Karena bagaimanapun sempurnanya suatu aktivitas manajemen tetap membutuhkan sebuah perencanaan. Karena perencanaan merupakan langkah awal bagi sebuah kegiatan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait agar memperoleh hasil yang optimal. Alasannya, bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu dalam rangka usaha mencapai tujuann. Jadi, perencanaan memiliki peran yang sangat signifikan, kerana ia merupakan dasar dan titik tolak dari kegiatan pelaksanaa selanjutnya.
Selanjutnya tugas dari perencanaan lainnya adalah mengkaji kondisi yang  berkembang, mengetahui segala potensi yang dimiliki, dan potensi apa saja yang telah terpenuhi, dan yang belum terpenuhi. Mengkaji di sini diartikan sebagai upaya melakukan sebuah kajian terhadap kondisi yang melingkupinya dan berbagai kondisi yang ada.
Perencanaan penyuluhan agama sangat penting karena :
a.       Penyuluhan agama menyangkut kebutuhan umat
Perencanaan merupakan bentuk penghargaan kepada umat. Oleh perencanaan itu, diusahakan agar penyuluh agama dapat memenuhi kebutuhan mereka dengan cara yang sesuai.
b.      Penyuluhan agama mempunyai tujuan tertentu.
Perencanaan penyuluhan agama merupaka usaha agar proses penyuluhan dapat dijalankan sedemikian sehingga tujuannya tercapai.
c.       Penyuluhan agama menuntut suatu keahlian khusus.
Perencanaan penyuluhan agama membantu penyuluh agama, menambah keahliannya di bidang penyuluh agama, seperti bahan, teknik dan jalannya penyuluhan.


v  Tujuan Perencanaan untuk:
·         Standar pengawasan, yaitu mencocokan pelaksanaan dengan perencanaannya.
·         Menegtahui kapan pelaksanaan dan selesainya suatu kegiatan.
·         Menegtahui siapa saja yang terlibat (struktur organisasi), baik kualifikasinya maupun kuantitasnya.
·         Mendapatkan kegiatan yang sistematis termasuk biaya dan kualitas pekerjaan.
·         Meminimalkan kegiatan-kegiatan yang tidak produksif dan menghemat biaya, waktu, dan tenaga.
v  Manfaat Perencanaan untuk:[4]
·         Standar pelaksanaan dan penawasan
·         Pemilihan berbagai alternatif terbaik.
·         Penyusunan skala prioritas, baik sasaran maupun kegitan.
·         Menghemat pemanfaatan sumber daya organisasi

1.      Pembuat Rencana Penyuluhan Agama
Penyuluhan agama melibatkan penyuluh agama, para peserta, panitia penyelenggara dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan kelompok peserta. planning sebagai formulasi tindakan untuk masa depan diarahkan pada tujuan yang akan dicapai oleh organisasi. Pada tahapan ini bila tidak ditampilkan sebuah konsistensi, maka hasilnya juga akan tidak sesuai dengan keinginannya (das sollen). Dalam bahasa lain, Dean R. Spizer menyebutkan sebagai “Those who fail to plain, plain to fail” artinya (siapa yang gagal dalam membuat rencana, sesungguhnya ia sedang merencanakan sebuah kegagalan). Maka sesuai dengan tujuan dan kecakapan rencana (planning), penyuluh agama dapat dibuat oleh :
a.       Penyuluh agama
b.      Penyuluh agama, para peserta dan penyelenggara secara bersama
c.       Panitia yang khusus dibuat dengan mengambil anggota dari pihak penyuluh agama, peseta, dan penyelenggara.
2.      Prosedur untuk Menyusun Rencana Penyuluhan Agama
Pada pokoknya prosedur penyusunan rencana penyuluhan agama berjalan lewat 6 (enam) langkah berikut:
a.       Menentukan minat dan kebutuhan para calon peserta
Minat adalah hal yang para peserta ingin “belajar” atau “ tahu” lebih baik. Sedang kebutuhan adalah ketiadaan atau kekurangan, yang para peserta ingin agar diisi atau dilengkapi lewat penyuluhan. Minat tidak kebutuhan saling berhubungan meski tidak selalu, minat kerap menunjukan kebuhan. [5]
b.      Mengembangkan pokok penyuluhan agama
Pokok (topic) dapat berupa masalah, isyu, pertanyaan, pengertian yang akan diolah dalam penyuluhan agama. Pokok disadap dan diendapakan dari minat dan kebutuhan. Sesudah disaring dan disesuaikan dengan tujuan dan waktu yang tersedia untuk penyuluhan agama, pokok-pokok itu disusun menjadi acara penyuluhan.
c.       Menentukan sasaran penyuluhan agama
Sasaran (goal objective) adalah titik yang dituju oleh penyuluhan agama. Dengan adanya sasaran itu, urutan acara disusun, sumber dan bahan acara ditentukan, metode pengolahan acara dipilih, dan cara evaluasi dibuat.
d.      Memilih sumber yang sesuai
Sumber meliputi orang-orang ahli, orang-orang lain yang dapat membantu jalannya dan tercapainya tujuan penyuluhan, bahan penyuluhan, atau alat-alat bantuan penyuluhan berupa buku-buku, alat peraga, peralatan presentasi bahan dan lain-lain. Dalam hal penyuluhan, pengetahuan, pengalaman dan keahlian para peserta sendiri juga menjadi sumber.

e.       Memilih metode/teknik penyuluhan
Metode adalah cara untuk menciptakan hubungan antara para peserta dan sumber penyuluhan. Tujuannya membantu para peserta mendapatkan pengetahuan atau kecakapan dalam situasi penyuluhan itu. Metode sering juga disebut teknik penyuluhan.
f.       Menyusun jalannya setiap acara dan seluruh rangkaian acara
Penyusunan jalannya acara dibuat dengan menuliskan kerangka  (outline) tiap-tiap acara penyuluhan yang akan dijalankan. Penyusunan seluruh rangkaian acara selama penyuluhan dibuat dengan menyusun urutan tiap-tiap acara yang sudah dibuat kerangkanya itu. Berdasarkan acara-acara itu pembagian tugas antara mereka yang terlibat dalam penyuluhan, terutama penyuluh agama, wakil para peserta dan penyelenggara diadakan : siapa dan bertugas apa dalam penyuluhan yang akan diadakan itu.
3.      Melaksanakan Penyuluhan
Sesudah rencana tersusun, penyuluh siap untuk dilaksanakan. Menjelang pelaksanaan penyuluhan, perlu diadakan persiapan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyiapan itu antara lain:
a.       Jumlah Peserta Penyuluh
Jumlah peserta mempengaruhi penggunaan tempat, penyediaanfasiltas, peralatan dan bahan penyuluhan. Maka pada waktu menyiapakan penyuluhan jumlah peserta itu perlu diketahui betul. Karena jumlah peserta yang tidak diketahui menyulitkan pengaturan penggunaan tempat yang penyediaan fasilitas, peralatan dan bahan penyuluhan yang dibutuhkan dlam penyuluhan yang akan diadakan.
b.      Susunan Peserta Penyuluhan
Susunan para pesrta dapat semacam atau berbeda dari segi jenis, umur, pendidikan dan latar belakang budaya. Semacam atau tidaknya susunan para peserta mempengaruhi proses penyuluhan, macam acara dan metode yang dipergunakan untuk mengolah acara itu. Maka susunan para peserta perlu diketahui sebelum penyuluh dan menyesuaikan acara dan metode pengolahan acara dengan susunan para peserta itu.
c.       Keadaan para Peserta Penyuluhan
Keadaan peserta meliputi keadaan kesehatan, pendidikan, dan pengalaman penyuluh mereka. Karena keadaan itu mempengaruhi macam dan teknik pengolahan acara, maka perlu diperhatikan sebelum penyuluh dilaksanakan. Untuk mengetahui para peserta itu dapat dipergunakan teknik daftar isi atau daftar pertanyaan (questionnaire).
d.      Jangka Waktu Penyuluhan
Jangka waktu penyuluhan dapat pendek 1-2 hari, dapat panjang 1-8 bulan. Jangka waktu penyuluhan mempengaruhi para peserta , proses penyuluhan agama, penyediaan bahan konsumsi, makan minuman akomodasi yang diperlukan selama penyuluhan agama sepertitempat tidur, kamar makan, kamar mandi, dan peralatan penyuluhan agama: kapur, spidol, kertas-kertas. Oleh karena itu jangka waktu itu perlu diketahui sebelum penyuluhan agama.
e.       Tempat penyuluhan
Tempat penyuluhan dapat atau tidak dapat memenuhi syarat, dapat dan tidak dapat mencukupi kebutuhan, dapat terletak di tempat sejuk atau panas, dapat ada dalam lingkungan sepi atau gaduh, dapat masih dalam keadaan baik atau sudah rusak/keadaan tempat itu mempengaruhi proses dan jalannya penyuluhan. Maka perlu diperhatikan sebelumnya.
f.       Fasilitas Penyuluhan
Fasilitas penyuluhan antara lain berupa tempat untuk pertemuan kelompok besar, tempat pertemuan kelompok-kelompok kecil, tempat makan, tempat rekreasi atau duduk-duduk bersama. Tempat istirahat atau tidur dan tempat mandi. Fasilitas yang ada di tempat penyuluhan mempengaruhi kelancaran penyuluhan. Maka kelengkapan fasilitas di tempat penyuluhan perlu diperiksa sebelum penyeluhan diadakan.
g.      Peralatan penyuluhan
Peralatan penyuluhan antara lain, berupa alat-alat tulis seperti: spidol dan kertas-kertas lebar(flap) berbagai macam kertas tik dan tulis, tali-tali, perferator kertas, stapler, jarum, lem, dan lain=lainya. Peralaran itu mempengaruhi kelancaran pelaksanaan acara selama penyuluhan. Maka perlu disiapkan secara lengkap dan jumlah yanng cukup sesuai dengan jumlah dan jangka waktu penyuluhan.
h.      Bahan penyuluhan
Bahan penyuluhan dapat berupa buku-buku bacaan, bahan acara, bahan masukan (input), bahan penjelasan metode atau teknik pengolahan acara, bahan isntruksi. Bahan juga mempengaruhi kelancaran pelaksanaan penyuluhan.  Maka perlu disiapkan dengan cermat.
i.        Infomasi Kepada Peserta
Informasi kepada peserta dibuat dan disampaikan cukup waktu sebelum penyuluhan dimulai. Informasi itu dimuat dalam bentuk surat konfirmasi kepada para peserta tentang jadinya penyuluhan. Dalam surat konfirmasi itu disampaikan juga informasi tentang:
1.      Tempat penyuluhan, kalau perlu dibuatkan peta/denahnya.
2.      Cara untuk mencapai tempat, dengan kendaraan apa: mobil, kereta api, kapal terbang dan lain-lain.
3.      Waktu datang dan melapor kepada panitia di tempat: hari dan jamnya.
4.      Peralatan tulis menulis yang perlu dibawa oleh peserta.
5.      Perlengkapan hidup yang perlu dibawa: pakaian, selimut, sabun, dan lain-lain.
6.      Buku-buku yang perlu dibawa.
7.      Dan hal-hal lain yang dirasa perlu untuk disampaikan kepada para peserta.

 IV.            KESIMPULAN
Penyuluh agama fungsional adalah yang diberi tugas, tanggung ajwab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan bimbingan atau penyuluh agama dan pembangunan kepada masyarakat melalui bahasa Agama. Sedangkan penyuluh agama Honorer adalah pembimbing umat beragama dalam rangka pembinaan mental, moral dan ketaqwaan kepada Tuhan yang Maha Esa.
Tugas penyuluh agama dalam masa pembangunan masa dewasa ini, dituntut agar mampu menyebarkan segala aspek pembangunan melalui pintu agama agar penyuluh dapat berhasil, maka seorang penyuluh agama harus dapat memahami materi da’wah, menguasai betul metode da’wah dan teknik penyuluh, sehingga diharapkan seorang penyuluh agama dapat mencapai tujuan da’wah yaitu dapat mengubah masyarakat sasaran kearah kehidupan yang lebih baik dan sejahtera lahir maupun batin, wajar kiranya penyuluh agama diharapakan dapat berperan pula sebagai motivator pembangunan.
Rencana adalah suatu arah tindakan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam perencanaan akan ditetapkan tentang tujuan organisasi yang ingin dicapai. Secara alami, perencanaan itu merupakan bagian dari Sunnatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah AWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas.
Pokok prosedur penyusunan rencana penyuluhan agama ada 6 (enam) yaitu; menentukan minat dan kebutuhan para calon peserta, mengembangkan pokok penyuluhan agama, menentukan sasaran penyuluhan agama, memilih sumber yang sesuai, memilih metode/teknik penyuluhan, menyusun jalannya setiap acara dan seluruh rangkaian acara.
Melaksanakan penyuluhan dalam penyiapkan penyuluhan itu antara lain; jumlah peserta, susunan peserta, keadaan peserta, jangka waktu, tempat, fasiliyas, perelengkapan, bahan penyuluhan, dan informasi bagi para peserta.

    V.            PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat dan sampaikan, apabila ada salah-salah kata dalam pengetikan kami minta maaf. Semoga makalah ini bermanfaat buat kita semua.







DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Pokok Pikiran Bimbingan dan Penyuluhan, Bulan Bintang: Jakarta, 1976 Departemen Agama, Buku Panduan Pelaksanaan Tugas Penyuluhan Agama Utama, Jakarta, 2003
Machendrawati Nanih, Dasar-dasar Penyuluhan Agama dalam Dakwah, Komisi Penerbitan Halaqah Diskusi Dosen (KP Hadid) : Bandung, 1999
Munir dkk, Manajemen Dakwah, Prenada Media Group : Jakarta, 2006
Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah, PT Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2011
Usman Husaini, Manajemen, PT Bumi Aksara : Jakarta, 2008



[1] Departemen Agama, Buku Panduan Pelaksanaan Tugas Penyuluh Agama, Jakarta 2003, hal 18-19  
[2] Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2011, hal289
[3] Munir dkk, Manajemen Dakwah, Prenada Media Group; Jakarta 2006, hal 94-97
[4] Husaini Usman, Manajemen, PT Bumi Aksara; jakarta 2008, hal 60
[5] Nanih Machendrawati, Dasar-dasar Penyuluhan Agama dalam Dakwah, (KP Hadid); Bandung 1999 hal 73-78